Skip to main content

Posts

Literasi Kebijakan : Memahami Esensi dan Proses Ideal Dalam Perumusan Kebijakan

pict source : detik.com Kebijakan Publik pada hakikatnya berperan sebagai pengendali atas keseimbangan yang ada pada suatu negeri. Kuatnya kelembagaan serta tajamnya penelaahan masalah menjadi hal penting yang harus dipenuhi guna mencapai perumusan kebijakan yang tepat sasaran dan tidak menimbulkan guncangan yang menggangu keseimbangan. Dalam filosofi ekonomi publik dan ekonomi makro, kebijakan berperan penting dalam mengarahkan pergerakan suatu negara dalam   menuju kematangan. Kendatipun negara-negara maju di dunia memulai langkah dengan memisahkan diri dari kebijakan pemerintah, dan bahkan secara radikal mengatakan kebijakan pemerintah sebagai pengganggu kondisi sosial dan ekonomi, namun pada tahun 1930an Keynes melalui The General of Theory secara implisit dan eksplisit menegaskan tentang pentingnya kebijakan dalam mencapai keseimbangan umum. Rumusan dalam permodelan IS-LM atau keseimbangan di sektor rill dan pasar uang yang dicapai dengan penguatan kebijakan fiskal dan

Wisata Ramah dan Universalitas Wisata Halal Dalam Paradigma Pembangunan Berkelanjutan

pict source : portonews Ketika Bali Diusulkan sebagai salah satu kawasan wisata halal, banyak yang mempertentangkan hal tersebut karena memandang adanya semacam pengketatan dan tentunya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Ditambah lagi Bali sebagai ikon utama pariwisata Indonesia di mata dunia, tentu akan mengalami semacam goncangan ketika ada kawasan di Pulau Bali dijadikan sebagai kawasan wisata halal. Kendati pun demikian, asumsi tersebut tidaklah benar jika masyarakat bisa memahami bagaimana esensi pariwasata di era ekonomi yang mengedepankan pertumbuhan inklusif dan pembangunan berkelanjutan. Ketika masyarakat di negara maju memiliki kebutuhan yang tinggi akan sisi kebudayaan masyarakat yang masih kental, sejatinya pariwisata halal bisa dijadikan sebagai core-basic dalam pengembangan pariwisata yang berbasis nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat, terutama di Indonesia yang sejatinya memiliki nilai kebudayaan yang akrab dengan nilai-nilai keislaman.

Qurban Dan Kemanusiaan

Islam merupakan agama yang bersifat syumuliyah, artinya Islam sebagai sebuah ajaran mencakup segala aspek kehidupan manusia. Islam sebagai sebuah ajaran dibagi atas tiga aspek, yaitu: pertama, akidah. Akidah merupakan dimensi keimanan seorang manusia terhadap ke-Esa-an Allah, al-Nubuwwat (kenabian dan kitab-kitab suci) serta al-Ghaibiyyat (metafisika  atau ma ba’da al-thabi’ah). Kedua, syariah. Syariah merupakan aktualisasi dari keyakinan terhadap Allah yang bersifat lahiriah (eksoterik). Dimensi ini berisi segala bentuk aturan hubungan personal manusia terhadap Tuhannya, hubungan antar sesama manusia (muamalat). Kemudian sejumlah aturan ini oleh para ulama Islam disusun dan dibagi dalam bentuk aturan ibadah, hukum kekeluargaan (al-ahwal al-syakhshiyyah), hukum pidana (jinayat), politik (siyasah) dll. Ketiga, akhlak merupakan norma-norma yang mengatur dan menggerakkan hati nurani (qalb) manusia. KH Husein Muhammad dalam bukunya Menyusuri Jalan Cahaya menyebutkan, “akhlak sebag

Perspektif Pembangunan Berkelanjutan Melalui Penguatan Wisata Halal

Dewasa ini industri pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang banyak memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan nasional Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Manparekraf), menjelaskan bahwasanya dalam beberapa tahun terakhir ini, kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional semakin tumbuh dan besar. Ini sangat terasa di saat pariwisata mengalami peningkatan kontribusinya naik dari 10% menjadi 17% dari total ekspor barang dan jasa Indonesia dan posisinya sebagai penyumbang devisa terbesar meningkat dari peringkat 5 menjadi peringkat 4 dengan penghasilan devisa sebesar 10 Miliar USD. Sementara itu, kontribusinya secara langsung terhadap PDB sudah mencapai 3,8% dan jika memperhitungkan efek penggandanya, kontribusi pariwisata pada PDB mencapai sekitar 9%. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini juga sudah mencapai 10,18 juta orang atau 8,9% dari total jumlah pekerja sehingga merupakan sektor pencipta tenaga kerja terbesar keempat.

Ekonomi Islam dan SDGs : Spirit Melawan Kemiskinan

Jika pada tulisan sebelumnya membahas tentang garis kemiskinan dalam perspektif Islam, maka pada tulisan ini fokus membahas tentang bagaimana Islam memandang persoalan kemiskinan. Ada ungkapan yang menarik dari sayyidina Ali ibn Abi Thalib yang dikutip oleh Dr. Nabil Subhi al-Thawil dalam al-Hirman wa al-Takhalluf fi Diyar al-Muslim, yaitu: seandainya kemiskinan berwujud seorang manusia niscaya aku akan membunuhnya. Hal ini menegaskan bahwa kemiskinan merupakan musuh terbesar yang harus diperangi. Sudah menjadi rahasia umum, apabila di suatu daerah kemiskinan dan pengangguran merajalela maka akan berkelindan dengan yang namanya kejahatan. Karena Islam memandang kemiskinan merupakan satu hal yang mampu membahayakan akhlak, kelogisan berfikir, keluarga, dan juga masyarakat. Islam pun menganggapnya sebagai musibah dan bencana yang seharusnya kita memohon perlindungan kepada Allah atas kejahatan yang tersembunyi di dalamnya. Kaa da al-fakru an yakuuna kufran (kefakiran mendekati

Ngobrolin Ekonomi : Ekonomi Syariah itu Hanya Konvensional alternatif?

pict source: kompasiana Ekonomi islam bukanlah hal yang baru di telinga masyarakat saat ini. Apalagi debat presiden mengkaji secara khusus untuk mencanangkan ekonomi lebih baik kedepannya. Namun, dibalik kesuksesan ekonomi Islam menjawab keharmonisan umat manusia. Masih saja ada yang menyamakan antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Karena dalam kenyataannya sama-sama untung. Bahkan, berkembang juga sebuah diksi yang terkesan nyeleneh " Ekonomi Islam dan Konvesional itu bisa dikatakan tidak ada bedanya, palingan antara bismillah dan tidak bismillah saja ". Sedikit ada benarnya, namun belum tepat sasaran. Di sini saya tidak membahas perbandingan mengenai akad ekonomi islam dan konvensional. Akan tetapi lebih difokuskan kepada sektor rill sebagai akibat dari ekonomi itu sendiri. Sepintas, Memang memiliki perbedaan yang sangat tipis antara Ekonomi Islam dan ekonomi konvensional. Namun jika diteliti lebih jauh maka akan terdapat perbedaan antara ekonomi peninda

SDGs dan Ekonomi Pertanian Rakyat : Mengurai Persoalan Gambir dan Optimalisasi Hilirisasi Produk

sumber: jawa pos Persoalan pertanian holtikultura masih menyimpan permasalahan yang rumit dan tidak jarang menimbulkan guncangan yang signifikan terhadap perekonomian. Permasalahan harga yang flutuatif hingga minimnya diversifikasi produk, sehingga persoalan ini terjebak dalam lingkaran setan dan membuat petani tidak bisa keluar dari hal tersebut. Di antara produk pertanian yang seringkali masuk ke dalam permasalahan adalah produk pertanian dari tanaman gambir. Petani yang sudah terbiasa menjual hasil pertanian ke pengumpul/tauke. Di samping praktis dan lebih cepat, petani tidak perlu memikirkan bagaimana produk tersebut masuk ke pasar utama, cukuplah itu menjadi urusan Tauke saja. Sejatinya, dalam jangka pendek persoalan ini tidaklah masalah. Petani tidak perlu memikirkan seluruh bauran pemasaran untuk menyampaikan produk ke konsumen, Petani hanya perlu menyediakan produk, persoalan harga, promosi, dan pendistribusian cukup menjadi urusan para Tauke. Namun, dalam jang