Skip to main content

Ngobrolin Ekonomi : Ekonomi Syariah itu Hanya Konvensional alternatif?

pict source: kompasiana


Ekonomi islam bukanlah hal yang baru di telinga masyarakat saat ini. Apalagi debat presiden mengkaji secara khusus untuk mencanangkan ekonomi lebih baik kedepannya. Namun, dibalik kesuksesan ekonomi Islam menjawab keharmonisan umat manusia. Masih saja ada yang menyamakan antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Karena dalam kenyataannya sama-sama untung. Bahkan, berkembang juga sebuah diksi yang terkesan nyeleneh " Ekonomi Islam dan Konvesional itu bisa dikatakan tidak ada bedanya, palingan antara bismillah dan tidak bismillah saja". Sedikit ada benarnya, namun belum tepat sasaran.

Di sini saya tidak membahas perbandingan mengenai akad ekonomi islam dan konvensional. Akan tetapi lebih difokuskan kepada sektor rill sebagai akibat dari ekonomi itu sendiri. Sepintas, Memang memiliki perbedaan yang sangat tipis antara Ekonomi Islam dan ekonomi konvensional. Namun jika diteliti lebih jauh maka akan terdapat perbedaan antara ekonomi penindasan dan ekonomi kesetaraan.

Ekonomi konvensional biasanya memakai sistim bunga. Dimana nasabah pemberi pinjaman (penabung) akan mendatkan keuntungan bunga. Sedangkan nasabah yang meminjam akan mendapatkan kerugian bunga. Lohhh!! Itu kan sudah disetujui di awal. Bank pun sudah memberi pilihan. Saya rasa itu memang pilihan tapi bukan untuk  nasabah peminjam (devisit/kreditur). Pilihan untuk mereka adalah pemaksaan secara jelas.

Bank-bank konvensional memiliki fasilitas yang lebih lengkap dari bank Islam. Maka masyrakat pada umunya akan lebih akrap dengan bank konvensional.  Masyarakat yang meminjam (devisit)  adalah dari kalangan bawah atau dari kalangan yang ingin mengembangkan usaha. Dalam keadaan normal si devisit mungkin bisa untuk membayar kerugian bunga.  akan tetapi hal yang sangat mendasar dalam ekonomi adalah keadaan ekonomi yang fluktuatif (berubah). Sudah pasti akan tiba waktunya si devisit tidak bisa untuk membayar bunga tersebut. Namun Dia tetap dipaksa untuk membayar kerugian bunga yang telah disepakati diawal.

Pegerakan ekonomi konvensional tidak lagi di sektor rill atau produktif. Si pemberi pinjaman (kaya)  hanya menunggu keuntungan yang di ambil paksa dari Si devisit. Tanpa mengiraukan keadaan si devisit tersebut. Si devisit akan menjadi pekerja. Sedangkan si kaya akan memperanakkan uang. Jikalau itu terjadi maka perputaran uang akan bertumpuk di sikaya. Si kaya tidak akan produktuf lagi dalam produksi. Sehingga Lambat daun  akan menjadikan ekonomi mandul.

Orang-orang lebih suka memutarkan uang lewat keuntungan bank Konvensional dari pada berprodusi. Apabila tidak berproduksi, Maka  akan merusak distribusi, pemasaran dan kosumsi. Mari kita lihat beberapa hukum dalam ekonomi.  Jika produksi sedikit maka produk akan sedikit. Jika produk sedikit maka permintaan Akan produk tersebut akan banyak. Jika barang langka maka harga prodak  akan mahal. Maka orang-orang bermodal berlapis yang akan mampu bertahan untuk itu. Bagi yang tidak mempunyai modal berlapis maka siap-siap menjadi pekerja dan akan tertindas oleh si kaya.

Saat ini ekonomi konvensional masih berkembang dengan baik. Disebabkan oleh ekspansi-ekspansi terus berlanjut dari satu orang ke orang lain. Satu daerah ke daerah lain dan satu negara ke negara lain. Hingga satu saat orang-orang tersadar akan bahaya ekonomi konvensional dan mencari bank alternatif lainnya.

Sudah jelas bahwa terjadi pengisapan oleh si kaya dan si miskin di  sistim bunga dalam ekonomi konvensional. Si kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin. Si kaya dapat untung bunga, si miskin dapat buntung bunga. Pergerakan dan pengisapan  akan terus menerus sehingga membuat ekonomi sakit. Jurang pemisah antara si miskin dan si kaya akan akan tambah lebar. Kekacauan ekonomi tidak akan terhindari lagi.

Nah, jika dikatakan ekonomi Islam ini sebagai kegiatan konvensional alternatif, maka sudilah kira-kiranya tuan-tuan untuk mengalihkan sepenuhnya kegiatan ekonominya pada produk-produk ekonomi syariah, karena pada hakikatnya jalan alternatif itu adalah solusi efektif dari segala permasalahan yang ada pada kegiatan yang lama. Dikatakan alternatif itu juga bermakna Ekonomi Islam adalah wujud kemajuan pemikiran ekonomi yang sesugguhnya. Islam itu mengedepankan kehati-hatian, Bukankah perekonomian saat ini menekankan kegiatan yang prudent? Tabik!

Alwi Putra S
Dangau Tuo Institute

Comments

Popular posts from this blog

Culture-Heritage Ranah Minang : Mengenal Filosofi dan Esensi Rangkiang di Rumah Gadang

Apabila berbicara tentang kehidupan masyarakat Minangkabau, kita menemukan beragam kearifan yang terkadang menunjukkan betapa tajamnya filosofi kebudayaan Minangkabau dalam menyelesaikan persoalan kehidupan. Di antara bentuk kebudayaan tersebut adalah pendirian Rangkiang di bagian depan Rumah Gadang. Rangking merupaka padi yang sengaja didirikan untuk menyimpan hasil panen pada satu musim dan biasanya difungsikan untuk berjaga-jaga. Dahulunya,sebagian besar masyarakat Minangkabau memang menerapkan sistim tanam yang menyesuaikan dengan musim, apalagi mayoritas lahan di Minangkabau adalah tadah hujan. Rangkiang berperan penting dalam menjaga persediaan selama musim kemarau atau setelah musim panen, serta juga bisa dijual sekiranya ada kebutuhan mendesak yang tidak dapat diduga-duga. Namun, semenjak perkembangan teknologi pertanian dan pesatnya pembanguan infrastruktur pertanian seperti irigasi, Rangkiang sudah tidak lagi difungsikan secara optimal. Masyarakat yang bisa be

Partai, Keadilan, dan Kesejahteraan : Pertikaian antara teori, ideologi, dan Omong Kosong.

Sesungguhnya, persoalan kesejahteraan haruslah lepas dari intervensi kebijakan apapun. Baik itu dari sisi fiskal, moneter, ataupun perdagangan. Karena dengan cara itulah sistim menghargai eksistensi manusia, dan manusia dengan begitu mampu menghargai hakikat dirinya sebagai makhluk yang mempertaruhkan hidup bersama pertimbangan nilai demi mewujudkan kepentingan bersama. Yakni, Kesejahteraan! Lebih lanjut mengenai kesejahteraan, manusia tunduk pada definisinya akan kesejahteraan yang diinginkan. Sehingga kebebasan adalah alat utama dalam meraih semua itu. Sekiranya kebebasan dimusnahkan dan eksistensi individu dihantam, maka jangan sesekali berharap manusia akan mencapai kesejahteraan tersebut. Namun, hakikatnya kesejahteraan tidaklah berdiri sendiri. Ia harus ditopang dengan perwujudan keseimbangan yang menyeluruh. Apabila upaya mencapai kesejahteraan mulai menyulut pertikaian, maka tentu perlu adanya permodelan yang ter-moderasi dengan baik. Intervensi kebijaksanaan penting unt

Mengenai SDGs : Kekuatan Kearifan Lokal Dalam Penguatan Pembangunan

Pembangunan sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan pembaharuan yang terencana dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif cepat. Tidak dapat dipungkiri pembangunan telah membawa kita pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan ekonomi, peningkatan kecanggihan sarana komunikasi, dan sebagainya. Akan tetapi, pada sisi yang lain, pembangunan yang hanya dipandu oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan keamanan, yang dalam kenyataannya telah meningkatkan kesejahteraan sebagian dari keseluruhan kehidupan masyarakat, telah pula menciptakan jarak yang lebar antara kecanggihan dan keterbelakangan. Sisi lain dari kemajuan tekhnologi, berimbas pada kebudayaan lokal yang semakin lama semakin memudar, sebab budaya dan tradisi lokal kalah eksistensi dengan sajian-sajian yang dibungkus dengan kemajuan tekhnologi. Hal ini akan berdampak besar terhadap pembangunan berkelanjutan di tingkat daerah. Kebudayaan dan kearifan lokal sangat erat hubungannya dengan masyaraka