Skip to main content

Posts

Showing posts with the label fiksi

FIKSIMINI : Antara Waras dan Gila Dalam Cinta

Ketahuilah olehmu wahai Bujang! Karena Cinta-lah manusia ternista dan kemudian ia dipermainkan oleh pembenaran-pembenaran tak beralasan. Cinta semestinya tak menistakan, Namun kebodohan manusia membuat cinta hadir layaknya bencana dan penista. Ah Sudahlah....! Cinta Ini Adalah Kekeliruan, Abang! Petang itu sedikit berbeda. Ada kemuraman di sudut taman desa yang biasanya selalu dihiasi dengan keromantisan. " Eloklah sekarang kita sudahi saja semuanya, abang. Tidak perlu lagi engkau memohon untuk hubungan ini. Aku sudah lelah! " Nurlela berseru tegas dengan mata yang berkaca-kaca. " Tapi mengapa, dik? Bukankah dari awal kita sudah sepakat. Segala bentuk permasalahaan kita selesaikan bersama, tidak akan ada kata putus. Kau pula yang begitu keras menekannya kepadaku. " Bujang sedikit memelas. Terkejut dengan kenyataan bahwa Nurlela hendak mengakhiri hubungan mereka. " Usahlah kau ingatkan lagi perihal kesalahan terbesarku dengan membuat komitm

Puisi : Tenung

Dalam rindu ku merenung Tentang cinta dan duka nan menggunung Duka yang sejatinya tak terbendung Hati yang luka dan berbelatung Ketika cinta menjadi nista Si Jundai tersenyum manis Wahai puan nan cantik rupawan Wahai Puan nan manis berseri Sekarang terimalah takdirmu Inilah tenungku Matilah bersama tenungku.. Bersama engkau pemberi noda Pembawa bala dan petaka Penggores luka nan durjana Sebab hati telah bergerimis Lantaran penolakan nan sadis Melahirkan dendam nan bengis Nikmatilah gelak tawamu malam ini Sebab esok tangislah yang menghiasi Tiada lagi senyuman mentari nan menawan Adakah engkau menyadari?  Kurafat cinta yang akan melukai Tenung kejam pemuda patah hati Tangis pilu di sepanjang hidupmu Sebab engkau terlalu pongah Menolak cinta nan megah Jika cinta suci tak terbalaskan Sebab itulah kau ku nistakan Dalam kesesatan, kau ku sirnakan!

Cerpen : Keimanan Dan Cinta

Tuah Nyiak Itam bersama si Jundai semakin merajalela. Nurlela semakin teruk, lantaran teluh yang begitu kuat menyerang zahir dan bathinnya. Tiada satupun benda yang luput dari dirinya, semuanya ia panjat. Dinding rumah, dinding kantor Kepala Jorong, tiang listrik, tiang bendera, tower BTS, Batang Pisang, hingga Pohon  Dadok  yang durinya tak terkira tajamnya. Semua baru terhenti saat Bujang menampakkan dirinya. Bujang-pun terpana. Ia tak menyangka jika dendam kusumat karena cinta telah menimbulkan penyiksaan yang begitu menyakitkan. Ia pun tak tega, wanita yang sejatinya masih ia cintai, harus menderita lantaran nafsu dendam yang sebetulnya bisa diredam dengan cinta dan kasih yang ia miliki.  " Kau harus hentikan semua ini Bujang!", Tiba-tiba seorang laki-laki menyerunya dengan lantang dan tegas, Ramlan,Pemuda Shaleh yang kharismatik, berilmu tinggi dan bijaksana, tiga tahun lebih tua dari Bujang.  " Mengapa kau mengalamatkannya kepadaku? Aku yang te