Dewasa ini kita dikejutkan oleh sekelompok masyarakat +62 yang tengah panic buying . Fenomena panic buying ini memperlihatkan sekelompok masyarakat tengah memperebut susu beruang di sebuah pusat perbelanjaankan sehingga menjadi video yang viral di medsos. Usut punya usut, penyebab masyarakat berebut susu beruang, karena berkembangnya asumsi di tengah masyarakat, kalau susu beruang dapat menangkal virus corona. Tidak diketahui pasti siapa pertama kali orang yang memuncul asumsi ini di tengah masyarakat. Anggapan sepihak dari masyarakat, akhirnya berdampak terhadap naiknya harga susu beruang di sejumlah e-commerce dan di pasaran. Bisa anda bayangkan, untuk mendapatkan 1 kaleng susu beruang anda harus merogoh kocek sebesar 50 ribu. Padahal dalam kondisi normal cukup membayar sebesar 9 ribu saja. Masih segar diingatan kita, beberapa waktu yang lalu fenomena serupa juga pernah terjadi. Para pembaca mungkin masih ingat ketika masyarakat berbondong-bondong untuk memborong vitamin C me
Akhir-akhir ini, pembicaraan masyarakat mengenai salah satu instrumen ekonomi Umat, begitu keras terdengar. Kita belum usai tentang optimalisasi wakaf terhadap penguatan kesejahteraan ummat, publik dihebohkan dengan adanya upaya pemerintah untuk menggerakkan wakaf secara nasional. Jika difaham ini dalam ranah pikiran positif, maka negara cukup peka dengan permasalahan ummat Islam yang saat ini memang kebingungan dalam memanfaatkan harta yang berlebih. Masalahnya, upaya negara dalam menggerakkan salah satu unsur perekonomian Islam ini tidak disambut dengan kebahagiaan oleh seluruh ummat. Pasalnya, asumsi yang kuat muncul dengan menempatkan pemerintah hanya ingat untuk memanfaatkan wakaf ini di saat kondisi keuangan negara dengan beban utang yang semakin meningkat. Kalau tak salah dengar dan tak salah baca, utang negara saat ini sudah menyentuh level 6000 Triliun atau lebih dari sepertiga ukuran perekonomian negara ini. Meskipun sudah dijelaskan berkali-kali bahwa Wakaf tidak mas