Skip to main content

Industry Revolution 4.0 Vs Society 5.0 : Memelihara Kebudayaan dan Harmonisasi Sosial



Kita menemukan sebuah kenyataan bahwa perkembangan ekonomi terus bergerak secara dinamis semenjak bergulirnya era industri yang kemudian berlanjut dengan fase digitalisasi. Manusia yang terus membangun inovasi guna memperkuat asas efisiensi dan efektitivitas  di dalam sebuah kegiatan, pada akhirnya berhadapan pada sebuah kenyataan bahwa manusia telah membentuk suatu kehidupan yang mereduksi peran dari manusia itu sendiri.

Ketika era digital semakin menguat, manusia secara berangsur-angsur meninggalkan nilai-nilai sosial yang sejatinya merupakan inti dari kuatnya sebuah peradaban. Akibatnya, manusia terus hidup dengan diperbudak oleh teknologi.


Asumsi ini jelas sangat berdasar, kita lihat saja dari hal yang paling kecil. Ketika manusia tidak menemukan smartphone-nya di saat bangun tidur pagi, maka ia energy positif untuk segarnya kehidupannya hari itu telah terkuras untuk memikirkan di mana letak benda kesayangannya itu. Hingga persoalan besar seperti lumpuhnya sistem pembayaran karena kesalahan teknis atau keisengan seorang peretas. Manusia sudah berada pada titik kritis dan banyak yang tidak menyadarinya.

Kita memang tidak bisa menolak perubahan, karena memang perubahan adalah keniscayaan. Namun, manusia bukanlah makhluk dependen, di mana kondisinya lebih ditentukan oleh kondisi di sekitarnya, namun manusia adalah makhluk independen di mana setiap perubahan yang terjadi bisa ia tundukkan melalui penguatan nilai-nilai kehidupan yang ia pelihara. Perubahan yang terjadi bukan untuk meniadakan eksistensi manusia, namun perubahan adalah untuk penguatan dari eksistensi manusia itu sendiri. Bagaimana memperkuatnya? Tentu saja dengan memperkuat nilai kebudayaan dan menjaga harmonisasi sosial.

Kita bisa mengilhami pemahaman ini dan menerapkannya pada setiap pergerakan yang kita lakukan. Apakah itu pergerakan di bidang pendidikan, sosial, politik, dan bahkan ekonomi. Kemajuan teknologi memang mempermudah akses, mempercepat komunikasi, dan transaksi. Namun, berpatokan pada hal itu saja tidak bisa membuat semuanya menjadi kuat. Interaksi layaknya sebagai seorang manusia yang beradab dan hidup damai dalam harmonisasi sosial yang indah tentunya akan memperkuat peradaban itu sendiri. Coba renungkan, bagaimana manusia akan mencapai peradaban yang kuat di era digital, sementara ketika diminta untuk menepati waktu pada sebuah jadwal pertemuan tidak mampu? Atau bagaimana mungkin akan mampu membangun sebuah tatanan sosial yang kuat, jika pada saat berbicara dengan teman masih saja sempat-sempatnya membalas chating atau membalas komentar pada sebuah kiriman di media sosial?

Kemajuan teknologi, digitalisasi, harus dibarengi dengan penguatan society di mana manusia tetap menjaga nilai-nilai luhur yang di dalam kehidupan dan kebudayaannya. Agar di kemudian manusia itu akan tetap hidup di dalam keberlanjutannya. Mencapai kemajuan, tanpa diperbudak oleh kemajuan yang ia capai.

Mohammad Aliman Shahmi
Dangau Tuo Institute



Comments

Popular posts from this blog

Culture-Heritage Ranah Minang : Mengenal Filosofi dan Esensi Rangkiang di Rumah Gadang

Apabila berbicara tentang kehidupan masyarakat Minangkabau, kita menemukan beragam kearifan yang terkadang menunjukkan betapa tajamnya filosofi kebudayaan Minangkabau dalam menyelesaikan persoalan kehidupan. Di antara bentuk kebudayaan tersebut adalah pendirian Rangkiang di bagian depan Rumah Gadang. Rangking merupaka padi yang sengaja didirikan untuk menyimpan hasil panen pada satu musim dan biasanya difungsikan untuk berjaga-jaga. Dahulunya,sebagian besar masyarakat Minangkabau memang menerapkan sistim tanam yang menyesuaikan dengan musim, apalagi mayoritas lahan di Minangkabau adalah tadah hujan. Rangkiang berperan penting dalam menjaga persediaan selama musim kemarau atau setelah musim panen, serta juga bisa dijual sekiranya ada kebutuhan mendesak yang tidak dapat diduga-duga. Namun, semenjak perkembangan teknologi pertanian dan pesatnya pembanguan infrastruktur pertanian seperti irigasi, Rangkiang sudah tidak lagi difungsikan secara optimal. Masyarakat yang bisa be...

Mengenai SDGs : Kekuatan Kearifan Lokal Dalam Penguatan Pembangunan

Pembangunan sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan pembaharuan yang terencana dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif cepat. Tidak dapat dipungkiri pembangunan telah membawa kita pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan ekonomi, peningkatan kecanggihan sarana komunikasi, dan sebagainya. Akan tetapi, pada sisi yang lain, pembangunan yang hanya dipandu oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan keamanan, yang dalam kenyataannya telah meningkatkan kesejahteraan sebagian dari keseluruhan kehidupan masyarakat, telah pula menciptakan jarak yang lebar antara kecanggihan dan keterbelakangan. Sisi lain dari kemajuan tekhnologi, berimbas pada kebudayaan lokal yang semakin lama semakin memudar, sebab budaya dan tradisi lokal kalah eksistensi dengan sajian-sajian yang dibungkus dengan kemajuan tekhnologi. Hal ini akan berdampak besar terhadap pembangunan berkelanjutan di tingkat daerah. Kebudayaan dan kearifan lokal sangat erat hubungannya dengan masyaraka...

Mengenai SDGs : Transformasi Pemuda di era 4.0 dan Pembangunan Berkelanjutan

source : Republika.com Revolusi industri 4.0 mulai berkembang di jerman pada tahun 2011 yang menggambarkan sebuah era baru sedang dimulai yaitu masa peralihan dari komputerisasi ke digital. Perubahan ini memberikan dampak yang cukup signifikan kepada manusia tidak hanya dari aspek ekonomi yang bersandarkan pada   kecanggihan sebuah tekhnologi informasi, tetapi juga pada aspek sosial dan budaya. Negara-negara berkembang saat ini berlomba-lomba dalam merancang strategi untuk menjadi yang teratas dalam menyongsong revolusi industri 4.0 in seperti yang tengah berkembang di Indonesia. Dengan menargetkan tercapainya 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2030, ini bentuk kesungguhan Indonesia untuk ikut serta dalam mengembangkan Industri 4.0 yang notabene nya dilakukan oleh generasi muda. Mengapa pemuda? sebab   pemuda merupakan   orang-orang yang secara tenaga dan fikiran masih ideal dalam melakukan aktivitas dalam melakukan konstruksi fikiran serta gagasan hingga pa...