"Parang kampuang, tagak dikampuang". Sebuah frasa yang cukup akrab ditelinga masyarakat pada momen Pilkada ini. Terlebih masyarakat Agam. Hingga Pilkada berakhir, frasa ini akan selalu disemarakkan terutaman oleh timses yang ingin menyasar segmen masyarakat yang memiliki ego sektoral yang tinggi.
Frasa parang kampuang, tagak dikampuang merupakan ajakan untuk berdiri diatas kampung halaman sendiri saat terjadi pertarungan. Pada momen Pilkada ini diartikan sebagai ajang memilih kandidat yang berasal dari asal masyarakat itu sendiri. Setidaknya ada dua basis sektoral, pertama basis agam barat dan timur dan kedua basis Kecamatan.
Salahkah frasa tersebut? Ada salahnya dan ada pula sisi yang dapat dibenarkan. Salahnya cukup jelas, bahwa Pilkada Agam adalah momen mencari pemimpin yang bertanggungjawab kepada Kabupaten Agam secara keseluruhan. Maka orientasi utama dalam memilih pemimpin adalah siapa yang terbaik di Agam, jadi mau di Barat maupun timur atau dari Kecamatan manapun tak jadi soal yang penting dia paling berkapasitas memimpin Agam.
Namun, tak bisa dipungkiri ego sektoral sulit dihilangkan. Ambisi untuk mendudukkan putera daerahnya sulit dihindari terjadi di tengah masyarakat. Maka hal ini dimanfaatkan oleh Timses untuk membangun isu ini agar kandidatnya mendapatkan kemenangan telak di daerah asal kandidatnya. Di Agam, setidaknya isu sektoral cukup kuat terjadi di Baso, Tanjung Raya dan Lubuk Basung.
Isu Agam Barat dan Agam Timur sangat fenomenal di setiap Pilkada Agam. Karna itulah ada semacam ketentuan tak tertulis bahwa dalam pasangan calon harus diisi dengan kombinasi calon dari Barat dan Timur. Memang, secara kultur dan geografis terjadi perbedaan antara barat dan timur. Hal ini jugalah yang memicu wacana pemekaran Kabupaten Agam yang saat ini masih mandek karna adanya moratorium.
Walaupun akan menguntungkan beberapa paslon, semestinya ego sektoral dalam memilih Bupati dan Wakil Bupati Agam diminimalisir pada Pilkada tahun ini. Karana bagaimanapun tetap isu ini sangat kontraproduktif. Termasuk juga kontraproduktif terhadap pemenangan paslon apabila timses tidak lihai dalam memainkan isu ini. Jadi menghilangkan prosa "parang kampuang tagak dikampuang" pada Pilkada Agam adalah pilihan yang cukup bijak untuk menghadirkan pemimpin terbaik di Agam.
Comments
Post a Comment
Terima Kasih