Skip to main content

MASJID,TAKMIR DAN EKONOMI



Setiap tahun kaum muslim merayakan hari raya Idul Adha tidak terkecuali di kota Padang Panjang yang berjuluk Kota Serambi Makkah. Walaupun tahun ini ada suasana yang berbeda dalam pelaksanaan ibadah juga Idul Adhanya.Hari Raya ini identik dengan Haji dan pemotongan hewan qurban. Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam yang sudah mampu, mampu dalam fisiknya terutama mampu dari segi fulusnya . Sedangkan menyangkut pemotongan  hewan qurban juga merupakan salah satu ibadah bagi umat Islam dalam rangka meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Disini kita tidak membahas masalah hajinya tapi masalah efek dari ibadah qurban bagi ekonomi umat berbasis masjid. Pada proses pelaksanaan ibadah qurban dengan pemotongan hewan qurban ini baik secara langsung maupun dengan mengirim hewan qurban ke daerah lain sebenarnya  memiliki dampak positif terhadap perputaran roda perekonomian umat tanpa kita sadari.

Di Kota Padang panjang sendiri, jumlah kebutuhan hewan qurban dalam 2 tahun terakhir bisa dibilang stabil . Pada tahun 2018 saja data yang diperoleh dari dinas peternakan Kota Padang panjang melakukan pemotongan hewan qurban sebanyak 574 sapi dan 28 kambing. Tahun berikutnya Kota Padang panjang melakukan pemotongan hewan qurban 578 sapi dan  21 kambing. Jika kita perkirakan saja harga sapi rata-rata Rp15 juta dan kambing Rp 2,5 juta maka perputaran rupiah pada ibadah qurban THN 2018 adalah sekitar Rp 8,5 M lebih hanya untuk sapi, pada ibadah qurban 2018 dan tahun 2019 sebesar 8,6 M lebih hanya pada Idhul Adha saja. Jumlah angka yang tentunya memiliki nilai ekonomis dalam perputaran roda perekonomian Kota Padang Panjang yang digerakkan hanya dari institusi non profit,bukan lembaga pemerintahan tetapi institusi yang bernama "MASJID".

Kebutuhan hewan qurban yang cukup besar tersebut tentunya harus didukung dengan penyediaan hewan kurban oleh peternak. Tetapi untuk Kota Padang Panjang kebutuhan ini mayoritas disuplay dari luar Kota Padang Panjang. Hanya dalam sekejap saja sebuah institusi bernama "MASJID" mampu mengumpulkan dana , mengganti dana tersebut menjadi hewan qurban sampai pula pada halal pendistribusiannya hanya dalam hitungan bulan saja. Tanpa banyak proses yang bertele-tele.

Sebuah kerja sosial yang yang cukup kompleks yang dilakukan oleh institusi . Bisa memutarkan uang sebanyak 8 M lebih di Kota Padang Panjang. Kalau kita mau untuk mempertanyakan, institusi mana yang bisa menandingi kerja institusi yang bernama "MASJID" ini. Dana berasal dari umat yang dikumpulkan bukan berasal dari APBD atau APBN. Bukan juga sebuah institusi yang berorientasi profit. Keikhlasan dan mengharap pahala mungkin itulah yang menjadi pemicu semangat para takmir Masjid.

Dan yang lebih hebatnya lagi keberhasilan ini dalam menggerakkan perekonomian umat ini bukan hanya sekali atau 2 kali tapi setiap tahunnya keberhasilan ini mampu dibuat oleh institusi ini. 
Jika kita mau membayangkan seandainya fenomena ini juga dilakukan diluar Idul Adha. Dihari hari yang lain Masjid mampu menggerakkan perekonomian umatnya maka suatu saat Masjid bisa menjadi poros kekuatan ekonomi ,poros perubahan bagi umat,masyarakat,negara dan tentunya agama.

Dengan pola seperti ini, ibadah qurban selain memiliki dimensi peningkatan ketakwaan secara individual bagi seorang muslim, menunjukkan kepedulian sosial terhadap sesama manusia dan juga tentunya akan memiliki dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan umat. Dengan pengelolaan yang baik atas rantai distribusi kebutuhan hewan qurban diharapkan akan mampu menjadi salah satu roda penggerak kegiatan ekonomi masyarakat. Yang pada akhirnya bersama-sama dengan instrumen ekonomi Islam yang lain akan membentuk kemandirian ekonomi umat Islam khususnya dan perekonomian negara pada umumnya.   

Tulisan ini ditujukan sebagai apresiasi buat takmir Masjid dan panitia qurban.

Zulhendri, SE, ME
(Alumni Pascasarjana Ekonomi Syariah IAIN Bukittinggi)

Comments

Popular posts from this blog

Culture-Heritage Ranah Minang : Mengenal Filosofi dan Esensi Rangkiang di Rumah Gadang

Apabila berbicara tentang kehidupan masyarakat Minangkabau, kita menemukan beragam kearifan yang terkadang menunjukkan betapa tajamnya filosofi kebudayaan Minangkabau dalam menyelesaikan persoalan kehidupan. Di antara bentuk kebudayaan tersebut adalah pendirian Rangkiang di bagian depan Rumah Gadang. Rangking merupaka padi yang sengaja didirikan untuk menyimpan hasil panen pada satu musim dan biasanya difungsikan untuk berjaga-jaga. Dahulunya,sebagian besar masyarakat Minangkabau memang menerapkan sistim tanam yang menyesuaikan dengan musim, apalagi mayoritas lahan di Minangkabau adalah tadah hujan. Rangkiang berperan penting dalam menjaga persediaan selama musim kemarau atau setelah musim panen, serta juga bisa dijual sekiranya ada kebutuhan mendesak yang tidak dapat diduga-duga. Namun, semenjak perkembangan teknologi pertanian dan pesatnya pembanguan infrastruktur pertanian seperti irigasi, Rangkiang sudah tidak lagi difungsikan secara optimal. Masyarakat yang bisa be...

Lebih Dekat Dengan Filsafat : ANAXIMANDROS atau ANAXIMANDER

Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat. Anaximandros adalah filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa. Akan tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini. Menurut Apollodorus, seorang penulis Yunani kuno, Anaximandros (610-546 SM) telah berumur 63 tahun pada saat Olimpiade ke-58 yang dilaksanakan tahun 547/546 SM. Karena itu, diperkirakan Anaximandros lahir sekitar tahun 610 SM. Kemudian disebutkan pula bahwa Anaximandros meninggal tidak lama setelah Olmpiade tersebut usai, sehingga waktu kematiannya diperkirakan pada tahun 546 SM. Menurut tradisi Yunani kuno, Anaximandros memiliki jasa-jasa di dalam bidang astronomi dan geografi. Misalnya saja, Anaximandros dikatakan sebagai orang yang pertama kali membuat peta bumi. Usahanya dalam bidang geografi...

Inklusi Keuangan dan Milenial Asyik Bertransaksi Syariah

  picture source : Sindonews.com Indikator tercapainya inklusi keuangan adalah pada saat setiap masyarakat memiliki akses terhadap berbagai layanan keuangan formal, serta memperoleh benefit dari layanan keuangan tersebut secara optimal, sebagaimanan yang tertuang di dalam Peraturan Presiden No 82 tahun 2016. Selain itu, inklusi keuangan juga merupakan representasi dari kuatnya literasi keuangan masyarakat, sehingga implikasi lanjutan dari hal ini adalah meningkatnya kegiatan perekonomian dan tentunya tercepai kesejahteraan yang ideal. Karena begitu pentingnya inklusi keuangan ini, maka sesungguhnya layanan keuangan itu harus menyentuh segmen masyarakat yang memiliki potensi yang besar dan memberikan prospek pengembangan layanan keuangan yang berkelanjutan. Selain daripada itu, layanan keuangan yang dikembangkan adalah bentuk layanan yang memiliki risiko yang rendah serta memiliki ketahanan yang cukup terhadap krisis dan seperti yang   kita ketahui, layanan keuangan Syariah...