Gema takbir di setiap masjid saling bersahut-sahutan disetiap penjuru kota Padang Panjang. Suasana yang sudah biasa dilalui setiap umat setiap tahun, namun mempunyai makna yang tersirat jika kita mau melihatnya secara seksama. Hampir di semua masjid di kota Padang Panjang terdapat sapi dan kambing yang sedang parkir yang hendak diqurbankan. Beragam jumlahnya. Dalam dua tahun terakhir jumlah hewan qurban di kota Padang panjang lebih kurang 600 ekor setiap tahunnya. Dan itu menyebar di seluruh masjid dan mushala yang ada di kota Serambi Makkah ini.
Namun tahun ini ada yang berbeda yaitu situasinya ditengah pandemi akan tetapi hampir semua masjid tetap melakukan ibadah qurban walaupun di tengah Corona.
Ditengah kekawatiran akan terjadinya krisis ekonomi akibat dampak dari wabah coronayang menghantui dunia, basis ekonomi negeri yang berbasis masjid bergerak pada ibadah qurban ini khususnya di perdagangan ternak. Buktinya sapi dan kambing qurban pada masjid tetap ada, ramai, dan seperti tidak terpengaruh oleh situasi wabah sekarang ini. Tentu yang berqurban adalah atas nama individu2. Danapun berasal dari dana pribadi bukan berasal dari dana APBN atau APBD.
Tidak hanya sapi dan kambing yang parkir, dapurpun didirikan di sekitaran masjid ,TPA atau dirumah warga .Ibarat tawuran antar kampung kaum laki- laki keluar rumah menuju masjid dilengkapi dengan alat2 semelihAlat-alat sembelih. Belum lagi area tempat masak yang dikomandoi para ibu-ibu. Siap menyajikan hidangan yang terbaik yang didominasi oleh gulai kambing untuk pekerja dan warga.
Ibadah qurban yang dikelola masjid ini sebenarnya ada makna yang tersirat yang menunjukkan kepada kita akan kekuatan ekonomi yang dimiliki sebuah MASJID. Sebuah kekuatan yang tersembunyi yang dimiliki oleh masjid. Yang jarang diperhatikan dan digunakan untuk hari-hari diluar dari ibadah qurban.
Pertama, secara tidak langsung masjid menjadi jembatan ekonomi dari yang shohibul ke masyarakat luas. Kalau boleh diibaratkan hampir sama dengan Bank Syariah jembatan antara pemilik dana dan pengelola dana. Atau seperti ibaratnya BAZNAZ jembatan antara Muzaki dan mustahiq.
Bisa dibayangkan berapa putaran uang di sesi qurban ini. Dan manfaat dari dagingnya di distribusi merata ke masyarakat, atau ditargetkan ke yang membutuhkan. Ibarat pisau silet yang memiliki manfaat dikedua sisinya.
Dalam ibadah qurban ini,masjid berperan menggerakkan uang diam( idle),mengalirkan
nya ke penggemuk, peternak, pelaku Budi daya hewan ternak, termasuk juga usaha2 transportasi.Merangsang banyak orang untuk dapat limpahan rezeki dan berkah dari Idul Adha.
Masjid secara senyap menjadi pemicu para shohibul qurban untuk mengeluarkan dananya. Tanpa ada paksaan, atau peraturan2 pemerintah yang mewajibkan qurban oleh negara atau daerah, dan tanpa adanya ancaman sangsi. Umat tanpa ada paksaaan sadar, dan ikhlas mengeluarkan uangnya, menitipkan hewan qurban nya di masjid-masjid. Sungguh sangat mencengangkan mempercayai 100% tanpa ada kekawatiran tentang dananya sedikitpun. Padahal masjid adalah inssitusi non formal dan bukan institusi profit atau badan pemerintah. Uang ngalir deras dari masyarakat tanpa adanya embel2 dibelakangnya.
Kedua, masjid ternyata berhasil menjadi titik lebur semua kompetensi.
Yang kaya berqurban, yang punya tenaga ya bantu motong. Yang bisa masak ya masak. Yang paham administrasi ya bikin arisan qurban. Yang ahli pencitraan ya jadi tukang foto . Mendadak jadi tim sukses masjid.
Kepanitian qurban yang kelihatannya sepele itu ternyata bukti wujud kemampuan masjid dalam mengkolaborasikan warganya,seluruh sumber dayanya. Bayangkan jika diteruskan menjadi sebuah gerak sinergi. Bisa menyelesaikan banyak masalah. Dan menguatkan persatuan dan ukhuwah Islamiyyah.
Masjid secara tidak sadar berhasil menyatukan berbagai sumber daya yang ada.
Momentum qurban ini memperlihatkan sebuah kekuatan yang dimiliki oleh masjid yang jarang disadari umat bahkan takmirnya sekalipun. Semua sumber daya yang berlatar belakang yang berbeda terkumpul,berkolaborasi tanpa adanya profit test terlebih dahulu .
Berbeda usia,suku, pendidikan, kompetensi
,mazhabbahkan berbeda dalam politik pun,
Semua berlebur menjadi satu demi kesuksesan ibadah qurban.
Yang ketiga adalah dampak sosial yang ditimbulkan. Tanpa disadari semua masjid sedang membangun DAPUR UMUM dalam sehari. Sebuah fasilitas masak yang di dirikan di masjid atau dirumah warga,.Daging dari hewan qurban diambil untuk kemudian para kaum ibuk2 memasak masakan untuk pekerja dan warga yang terlebih dahulu diminta kerelaan peserta qurban.
Kaum muslim yang berqurban juga tidak merasa dirugikan, malah setiap tahun qurban.
Masyarakat yang makan gulai kambing juga senang,dari anak2 sampai orang dewasa merasakan kebahagian itu. Akhirnya semua bisa menyantap makanan mahal tanpa memandang level kekayaan .Semuanya larut dalam kebersamaan dalam bingkai ukhuwah. Dan bagi warga yang kurang mampu dapat mengkonsumsi daging yang biasanya sulit untuk mereka beli atau mereka dapatkan.
Qurban membawa kebahagiaan....membawa berkah
Itulah hebatnya masjid. Semua bisa dijamu. Semua bisa makan. Semua bisa kenyang. Bayangkan jika apa yang biasa terjadi di hari qurban, juga terjadi di hari biasa.
Kita akan melihat kekuatan yang dimiliki sebuah masjid. Tidak main-main. Masjid adalah asset ummat yang terbukti nyata memberikan dampak positif pertumbuhan ekonomi di masyarakat.
Jadi Masjid Enterprise ... Rapikan dan profesionalkan organisasinya Akan sangat fantastis dampaknya yang bisa ditimbulkan terutama bagi umat.
Zulhendri, SE, ME
(Mahasiswa Pascasarjana IAIN Bukittinggi)
Comments
Post a Comment
Terima Kasih