Skip to main content

Antara Mengenang dan Membalas Jasa :Hari Pendidkan Nasional, 131 tahun kelahiran Ki Hajar Dewantara



Antara Mengenang dan Membalas Jasa :Hari Pendidkan Nasional, 131 tahun kelahiran Ki Hajar Dewantara
oleh : Harfani, SE.I

 “Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu ‘dipelopori’, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri"
(Ki Hajar Dewantara)

Mulai Raden Mas Soewardi Soeryaningrat lahir ke dunia pada tanggal 2 mei 1889 sampai sekarang sudah meraih penghargaan tinggi oleh negara ini karena perjuangan agungnya memperhatikan pendidikan bangsa indonesia di kala itu, bayangkan sejak dia menulis Als Ik Eens Nederlander Was yang berarti "andai saya orang Belanda" disurat kabar De Express pada 13 Juni 1913 yang mengandung bentuk kritik atas perayaan 100 tahun kemerdekaan Netherland yang di rayakan di indonesia, karena tulisan tersebut di anggap sangat meresahkan dan mengganggu belanda dia pun di asingkan ke pulau Bangka.

semua aktivis dan pejuang telah memaksimalkan perjuangan ke berbagai penjuru sektor termasuk Raden Mas Soewardi Soeryaningrat yang di panggil akrab Ki Hajar Dewantara yang konsenstrasi pada perjuangan pendidikan rakyat indonesia dan dunia jurnalis ini di bebas dari penjara dia terus melanjutkan perjuangan pendidikan rakyat indonesia dengan mendirikan sekolah taman siswa pada 3 juni 1922 di yogyakarta.
"Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani."  yang berarti di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan telah menjadi filosofi untuk membangun pendidikan di indonesia

Kita telah saksikan bersama bahwa sekali 1 tahun bangsa indonesia memperingati hari pendidikan nasional  dengan Keputusan Presiden Nomor 316 tahun 1959 pada tanggal 2 mei merupakan ambisi yang penuh keliru dan kebingungan bangsa indonesia untuk menujukan cara membalas jasa seseorang dengan memberikan "simbol ingatan massal" pada hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, kenapa harus dengan hari lahirnya ? kenapa tidak dengan hari peristwa lainnya yang di alami  selama perjuangan Ki Hajar Dewantara, maka lebih tepatnya adalah dengan adanya hari pendidikan nasional adalah peringatan "Harlah" Ki Hajar Dewantara.

Pada sepanjang ruang kehidupan Ki Hajar Dewantara memang sangat banyak tersirat nilai-nilai keinginan hebat untuk membangun revolusi pendidikan pada Indonesia, banyak hal yang bisa di jadikan teladan untuk generasi pendidik dan generasi yang di didik di indonesia.
semoga saja dengan memperingati hari lahir Ki Hajar Dewantara semoga pendidikan bangsa kita ini masih merawat pribadi luhur dengan melahirkan anak indonesia hebat dan bisa melampaui bangsa-bangsa lain. semoga !

Comments

Popular posts from this blog

Culture-Heritage Ranah Minang : Mengenal Filosofi dan Esensi Rangkiang di Rumah Gadang

Apabila berbicara tentang kehidupan masyarakat Minangkabau, kita menemukan beragam kearifan yang terkadang menunjukkan betapa tajamnya filosofi kebudayaan Minangkabau dalam menyelesaikan persoalan kehidupan. Di antara bentuk kebudayaan tersebut adalah pendirian Rangkiang di bagian depan Rumah Gadang. Rangking merupaka padi yang sengaja didirikan untuk menyimpan hasil panen pada satu musim dan biasanya difungsikan untuk berjaga-jaga. Dahulunya,sebagian besar masyarakat Minangkabau memang menerapkan sistim tanam yang menyesuaikan dengan musim, apalagi mayoritas lahan di Minangkabau adalah tadah hujan. Rangkiang berperan penting dalam menjaga persediaan selama musim kemarau atau setelah musim panen, serta juga bisa dijual sekiranya ada kebutuhan mendesak yang tidak dapat diduga-duga. Namun, semenjak perkembangan teknologi pertanian dan pesatnya pembanguan infrastruktur pertanian seperti irigasi, Rangkiang sudah tidak lagi difungsikan secara optimal. Masyarakat yang bisa be

Partai, Keadilan, dan Kesejahteraan : Pertikaian antara teori, ideologi, dan Omong Kosong.

Sesungguhnya, persoalan kesejahteraan haruslah lepas dari intervensi kebijakan apapun. Baik itu dari sisi fiskal, moneter, ataupun perdagangan. Karena dengan cara itulah sistim menghargai eksistensi manusia, dan manusia dengan begitu mampu menghargai hakikat dirinya sebagai makhluk yang mempertaruhkan hidup bersama pertimbangan nilai demi mewujudkan kepentingan bersama. Yakni, Kesejahteraan! Lebih lanjut mengenai kesejahteraan, manusia tunduk pada definisinya akan kesejahteraan yang diinginkan. Sehingga kebebasan adalah alat utama dalam meraih semua itu. Sekiranya kebebasan dimusnahkan dan eksistensi individu dihantam, maka jangan sesekali berharap manusia akan mencapai kesejahteraan tersebut. Namun, hakikatnya kesejahteraan tidaklah berdiri sendiri. Ia harus ditopang dengan perwujudan keseimbangan yang menyeluruh. Apabila upaya mencapai kesejahteraan mulai menyulut pertikaian, maka tentu perlu adanya permodelan yang ter-moderasi dengan baik. Intervensi kebijaksanaan penting unt

Mengenai SDGs : Kekuatan Kearifan Lokal Dalam Penguatan Pembangunan

Pembangunan sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan pembaharuan yang terencana dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif cepat. Tidak dapat dipungkiri pembangunan telah membawa kita pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan ekonomi, peningkatan kecanggihan sarana komunikasi, dan sebagainya. Akan tetapi, pada sisi yang lain, pembangunan yang hanya dipandu oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan keamanan, yang dalam kenyataannya telah meningkatkan kesejahteraan sebagian dari keseluruhan kehidupan masyarakat, telah pula menciptakan jarak yang lebar antara kecanggihan dan keterbelakangan. Sisi lain dari kemajuan tekhnologi, berimbas pada kebudayaan lokal yang semakin lama semakin memudar, sebab budaya dan tradisi lokal kalah eksistensi dengan sajian-sajian yang dibungkus dengan kemajuan tekhnologi. Hal ini akan berdampak besar terhadap pembangunan berkelanjutan di tingkat daerah. Kebudayaan dan kearifan lokal sangat erat hubungannya dengan masyaraka