Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2020

Rupiah Masa Kini : Gairah Ilusi dan Ejakulasi Palsu

Nilai tukar sebuah mata uang pada dasarnya mencerminkan harga dari mata uang itu sendiri. Karena pada prinsipnya nilai tukar ditentukan oleh kebutuhan ( demand ) dan ketersediaan ( supply ) antara dua mata uang masing-masing negara. Contoh: Rupiah dan Dolar Amerika. Perbandingan dua mata uang ini biasanya dihitung dalam jumlah satuan atau kurs, seperti 1 USD senilai dengan Rp 15.000. Nilai tukar yang ditentukan oleh pasar senantiasa berubah-ubah nilainya, tergantung pada kebutuhan dan ketersediaan mata uang tersebut. Apabila kebutuhan mata uang seperti dolar meningkat maka nilainya akan menguat dari uang rupiah. Demikian pula, apabila kebutuhan mata uang seperti dolar berkurang, maka nilainya akan melemah dari rupiah. Lantas apa yang menjadi penyebab permintaan terhadap mata uang meningkat? Faktor fundamental yang menjadi penyebab permintaan terhadap mata uang asing seperti dolar meningkat adalah kebutuhan mata uang tersebut untuk transaksi pembelian barang dan jasa

Tan Malaka : Bapak Pendidikan yang Terlupakan

Pada abad ke-20 nama besar seperti Paolo Freire dan Ivan Illich terdengar nyaring di telinga kaum aktivis terutama para pemikir yang bergelut di bidang Pendidikan. Bagaimana tidak, kritikan kedua tokoh pendidikan aliran anarkisme ini begitu mengguncang dunia pendidikan. Nilai pendidikan yang selama ini diyakini mengandung nilai kebajikan justru dibalik itu semua terdapat bentuk-bentuk penindasan. Bahkan mereka berujar bahwa seringkali pendidikan dijadikan sebagai legitimasi bagi kelompok yang berkuasa untuk melakukan penindasan. Gagasan kedua tokoh ini benar-benar menyadarkan banyak orang bahwa pendidikan yang selama ini dianggap sakral ternyata menyajikan nilai-nilai dehumanisasi kehidupan. Fenomena pendidikan di atas ternyata jauh hari sudah dialami oleh bangsa Indonesia. Indonesia yang dijajah kurang lebih 350 tahun diwarnai oleh sistem pendidikan yang cenderung rasis atau berdasarkan kelas-kelas sosial. Dia lah Tan Malaka yang kemudian berjuang melawan imperialisme pen

Antara Mengenang dan Membalas Jasa :Hari Pendidkan Nasional, 131 tahun kelahiran Ki Hajar Dewantara

Antara Mengenang dan Membalas Jasa :Hari Pendidkan Nasional, 131 tahun kelahiran Ki Hajar Dewantara oleh : Harfani, SE.I   “Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu ‘dipelopori’, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri" (Ki Hajar Dewantara) Mulai Raden Mas Soewardi Soeryaningrat lahir ke dunia pada tanggal 2 mei 1889 sampai sekarang sudah meraih penghargaan tinggi oleh negara ini karena perjuangan agungnya memperhatikan pendidikan bangsa indonesia di kala itu, bayangkan sejak dia menulis Als Ik Eens Nederlander Was yang berarti "andai saya orang Belanda" disurat kabar De Express pada 13 Juni 1913 yang mengandung bentuk kritik atas perayaan 100 tahun kemerdekaan Netherland yang di rayakan di indonesia, karena tulisan tersebut di anggap sangat meresahkan dan mengganggu belanda dia pun di asingka

Tan Malaka dan Nasib Buruh di tengah Pandemi

  Sekilas Pandang, Tan Malaka memiliki nama lengkap Ibrahim Datuak Tan Malaka. Beliau lahir di Kenagarian Pondan Godang, Kecamatan Suliki Luhak Lima Puluh Kota pada tahun 1897. kemudian wafat pada tanggal 19 Februari 1949. Koran Tempo dalam edisi khusus menyebutkan bahwa Tan Malaka terbunuh di tangan tentara negara yang sangat dicintainya. Tragedi Kematian Tan Malaka ini pada kemudian hari membuat Bung Hatta memecat Suengkono sebagai panglima divisi Jawa Timur dan Soeracmad sebagai komandan Brigade. Tan Malaka adalah orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Muhammad Yamin memberinya gelar “Bapak Republik Indonesia”, dengan berkomentar, “tak ubahnya Jefferson Washington merancang Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaan tercapai, atau sebagai Rizal-Bonifacio meramalkan Republik Filipina sebelum revolusi Filipina pecah...”. Sukarno menyebutkan bahwa Tan Malaka adalah tokoh yang mahir salam revolusi dan mempercayainya dengan memberi surat wasiat\testateme