Skip to main content

TERUNGKAP!! SEJARAH DANAU “BERMUKA DUA” TARUSAN KAMANG




Tarusan Kamang atau danau muka dua (Gambar) adalah sebuah danau yang dapat meluber dan mengering. Danau ini memiliki karakteristik yang unik. Secara litologi yang mengelilingi danau ini adalah batugamping dan dari hasil pengamatan peta geologi masih merupakan batugamping umur karbon. Danau Tarusan Kamang, Danau karst yang berdasarkan pengamatan Andang Bacthiar, adalah adanya sungai bawah permukaan dan adanya struktur yang terlibat dalam pembentukan danau. Sebagai danau karst, ketika air tanah naik, maka lorong-lorong di bawah bukit batu gamping akan menyembulkan air dan menutupi padang rumput. Tampaklah danau yang luas dan Danau Tarusan Kamang) bisa terlihat indah. Sebaliknya, ketika air sungai bawah tanah turun, air tersedot hingga hanya tampak padang rumput. Tampak dari peta (gambar), danau ini memiliki hubungan cabang sungai intermittern dari konturing dan merupakan sungai bawah permukaan.

Lubang-lubang Celah Batu di Dasar Danau Tarusan Kamang (Foto Erison J.Kambari)

Danau bermuka dua ini diperkirakan sudah ada sejak 70 ribu tahun lalu. “Banyak danau karst di daerah lain, tetapi hanya Danau Tarusan Kamang ini yang punya hubungan langsung dengan sungai di bawah tanah sehingga muncul fenomena unik,” kata Andang Bachtiar, ahli geologi di Indonesia yang juga mantan ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia. Dia penah meneliti Danau Tarusan Kamang pada 23 Februari lalu. Pebukitan karst di Danau Tarusan Kamang usianya jauh lebih tua dari pada karst di Jawa. Karst di Kamang diperkirakan sudah berusia 400-300 juta tahun lalu karenanya pepohonan di atasnya tumbuh subur. Selain danau Danau Tarusan Kamang. Namun keberadaannya banyak gua aktif di bawah bukit karst atau batu gamping, sungai bawah tanah, dan danau bawah tanah hingga kini belum pernah diteliti. Untuk penyuka wisata penelusuran gua, tempat ini amat menarik karena guanya masih aktif. Selain itu sudah ada pemetaan sungai bawah tanah di Danau Tarusan Kamang.

Penampakan Dua Wajah Danau Tarusan Kamang (Foto Erison J.Kambari)

Danau Tarusan Kamang merupakan daerah yang diduga sebagai kawasan karst dan memiliki sungai bawah tanah. Hal ini disebabkan adanya danau yang hanya muncul atau terisi air pada waktu-waktu tertentu.

Karst
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia  “Karst adalah daerah  yang terdiri atas batuan kapur  yang berpori sehingga air di  permukaan tanah selalu merembes dan menghilang ke dalam tanah (permukaan tanah selalu gundul karena kurang vegetasi)”.
Ford and William di dalam Haryono dan Adji (1989) mendefinisikan karst sebagai “medan dengan kondisi hidrogeologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang dengan baik.”
Sungai Bawah Tanah
Sungai bawah tanah daerah karst tropik berasal dari aliran permukaan pada  musim  hujan  yang  masuk  melalui  celah-celah  batu  gamping, kadang-kadang sungai tersebut hilang kedalam tanah sebagian atau seluruhnya melalui rekahan-rekahan atau depresi-depresi.  Aliran  akan  berfluktuasi  menurut  musim  dan mengalir melalui sesar, retakan, kekar, dan celah antar bidang perlapisan. Selanjutnya  akan  membentuk  saluran  bawah  tanah  (lorong  gua)  yang dialiri air selama kurun waktu tertentu. Lorong gua dengan aliran air dapat disebut sebagai sungai bawah tanah.

Peta Geologi Sumatera Barat dan Garis Penampang (Kastowo, dkk 1996)


Peta Asumsi Menggambarkan Sungai Bawah Permukaan dari Danau Tarusan Kamang Menuju Ngalau Binu dan Luak Gadang

Kemungkinan sungai bawah permukaan atau berada di antara konturing karena air masuk yang paling banyak dari Tarusan Kamang dan terus mengalir ke arah tenggara dengan percabangan masuknya air dari ketinggian kontur perbukitan. Asumsi diatas permukaan dengan anomali batuan yang ada dapat diuji oleh pemetaan dibawah permukaan. Untuk itu dilakukan penelitian menggunakan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi Wenner- Schlumberger untuk mendapatkan model penampang 2D dan 3D bawah permukaan. Pengambilan data dilakukan menggunakan tiga lintasan pengukuran dengan panjang tiap lintasan 188 meter dan spasi 4 meter.

Prinsip pengukuran dari geolistrik ialah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah.  Injeksi ini menggunakan 2 buah elektroda ‘elektroda arus’ A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.

Prinsip Pengukuran Geolistrik

PETA Pengukuran Geolistrik

 (Husni, Yuyu Fajriyatil (2019)

Hasil pengukuran dan interpretasi data menujukkan adanya 4 jenis lapisan batuan penyusun, yaitu batu lempung pasiran, batu filit, batu kuarsit dan batu gamping. Berdasarkan model penampang resistivitas 2D ditemukan lapisan yang memiliki kecenderungan membentuk lorong yaitu pada lapisan batuan karbonat atau batu gamping yang memiliki rentang nilai resitivitas sekitar 1019-10485 m. Pola kontur ini diduga sebagai lorong-lorong sungai bawah tanah. Pola kontur ini ditemukan pada lintasan 1, 2 dan 3. Lapisan ini ditemukan pada arah baratlaut menuju tenggara di kedalaman sekitar 20-30 meter lebih dari permukaan. Lapisan batuan karbonat ini diduga memiliki batuan penudung atau capsrock yang merupakan struktur penyusun sungai bawah tanah.



Model penampang 3D Danau Tarusan Kamang

(Husni, Yuyu Fajriyatil (2019)

Danau Tarusan Kamang merupakan daerah yang diduga sebagai kawasan karst dan memiliki sungai bawah tanah. Hal ini disebabkan adanya danau yang hanya muncul atau terisi air pada waktu-waktu tertentu. Dengan penelitian berbasis data bawah permukaan ini sangat cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan edukasi penelitian, terlebih kawasan ini telah ditetapkan menjadi kawasan geopark, sehingga kedepan wisatawan dapat menikmati informasi tentang kebumian yang dapat dirangkai dengan kegiatan pariwisata dan tak lupa juga mengangkat cerita masyarakat yang masih dijaga dilokasi ini untuk menjaga kearifan lokal antara cerita nenek moyang dengan penelitian berbasis riset dalam mengungkap suatu misteri suatu kawasan.

Ahmad Fadhly,MT
Geologist, Dangau Tuo Institute

Comments

Popular posts from this blog

Culture-Heritage Ranah Minang : Mengenal Filosofi dan Esensi Rangkiang di Rumah Gadang

Apabila berbicara tentang kehidupan masyarakat Minangkabau, kita menemukan beragam kearifan yang terkadang menunjukkan betapa tajamnya filosofi kebudayaan Minangkabau dalam menyelesaikan persoalan kehidupan. Di antara bentuk kebudayaan tersebut adalah pendirian Rangkiang di bagian depan Rumah Gadang. Rangking merupaka padi yang sengaja didirikan untuk menyimpan hasil panen pada satu musim dan biasanya difungsikan untuk berjaga-jaga. Dahulunya,sebagian besar masyarakat Minangkabau memang menerapkan sistim tanam yang menyesuaikan dengan musim, apalagi mayoritas lahan di Minangkabau adalah tadah hujan. Rangkiang berperan penting dalam menjaga persediaan selama musim kemarau atau setelah musim panen, serta juga bisa dijual sekiranya ada kebutuhan mendesak yang tidak dapat diduga-duga. Namun, semenjak perkembangan teknologi pertanian dan pesatnya pembanguan infrastruktur pertanian seperti irigasi, Rangkiang sudah tidak lagi difungsikan secara optimal. Masyarakat yang bisa be

Partai, Keadilan, dan Kesejahteraan : Pertikaian antara teori, ideologi, dan Omong Kosong.

Sesungguhnya, persoalan kesejahteraan haruslah lepas dari intervensi kebijakan apapun. Baik itu dari sisi fiskal, moneter, ataupun perdagangan. Karena dengan cara itulah sistim menghargai eksistensi manusia, dan manusia dengan begitu mampu menghargai hakikat dirinya sebagai makhluk yang mempertaruhkan hidup bersama pertimbangan nilai demi mewujudkan kepentingan bersama. Yakni, Kesejahteraan! Lebih lanjut mengenai kesejahteraan, manusia tunduk pada definisinya akan kesejahteraan yang diinginkan. Sehingga kebebasan adalah alat utama dalam meraih semua itu. Sekiranya kebebasan dimusnahkan dan eksistensi individu dihantam, maka jangan sesekali berharap manusia akan mencapai kesejahteraan tersebut. Namun, hakikatnya kesejahteraan tidaklah berdiri sendiri. Ia harus ditopang dengan perwujudan keseimbangan yang menyeluruh. Apabila upaya mencapai kesejahteraan mulai menyulut pertikaian, maka tentu perlu adanya permodelan yang ter-moderasi dengan baik. Intervensi kebijaksanaan penting unt

Mengenai SDGs : Kekuatan Kearifan Lokal Dalam Penguatan Pembangunan

Pembangunan sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan pembaharuan yang terencana dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif cepat. Tidak dapat dipungkiri pembangunan telah membawa kita pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan ekonomi, peningkatan kecanggihan sarana komunikasi, dan sebagainya. Akan tetapi, pada sisi yang lain, pembangunan yang hanya dipandu oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan keamanan, yang dalam kenyataannya telah meningkatkan kesejahteraan sebagian dari keseluruhan kehidupan masyarakat, telah pula menciptakan jarak yang lebar antara kecanggihan dan keterbelakangan. Sisi lain dari kemajuan tekhnologi, berimbas pada kebudayaan lokal yang semakin lama semakin memudar, sebab budaya dan tradisi lokal kalah eksistensi dengan sajian-sajian yang dibungkus dengan kemajuan tekhnologi. Hal ini akan berdampak besar terhadap pembangunan berkelanjutan di tingkat daerah. Kebudayaan dan kearifan lokal sangat erat hubungannya dengan masyaraka