Kawasan ini merupakan kawasan yang diusulkan masuk kedalam Kawasan
Geopark Ngarai sianok - Maninjau yang mendapat pengakuan nasional pada tahun
2018 lalu, termasuk kedalam daerah administratif daerah Kabupaten Agam,
Provinsi Sumatera Barat. Kawasan ini mengangkat Aspiring Geosite dengan tema : Pesona Vulkano – Tektonik Sianok Maninjau
di jalur patahan besar Sumatera yang termasuk dalam komponen alam dan beserta
komponen lain (geologi, biologi, dan budaya). Pengembangan kawasan Geopark melalui konsep pariwisata di
aplikasikan sebagai instrumen pembangunan daerah secara berkelanjutan yang
mendasarkan pada aspek konservasi, pendidikan, penumbuhan nilai
ekonomi lokal (salah satunya melalui pariwisata), dan keterlibatan masyarakat
setempat secara aktif.
Secara fisiografi Kawasan Kamang termasuk dalam pembagian
fisiografi zona jajaran barisan dan zona semangko (Van Bemmelen). Zona Jajaran
Barisan merupakan zona yang memanjang sepanjang Sesar Semangko dan Zona
Semangko adalah daerah yang memanjang dari utara – selatan akibat terbentuknya
Sesar Sumatera atau Sesar Semangko.
Bentuk Alam kamang
Bentang alam Kawasan
ini merupakan bentukan lembah curam Panjang dan berkelok-kelok. Morfologi kawasan
geoherittage ini yaitu morfologi
perbukitan Barisan, lembah, danau,
pedataran. Menurut kondisi fisiografinya,
ketinggian atau elevasi wilayah kawasan geopark, bervariasi antara 2 meter
sampai 657 meter dpl.
Bentuk alam
berupa Perbukitan Danau Tarusan Kamang
Perbukitan
disekitar Danau Tarusan Kamang ini merupakan perbukitan karst atau batugamping,
dan sekitar perbukitan terdapat pertambangan batukapur. Selain itu,
diperbukitan ini terdapat ngalau-ngalau atau gua-gua karst yang berumur tua
(Permian – Karbon), yang sudah dipastikan bahwa daerah ini dahulunya merupakan
lingkungan laut dangkal karena tumbuhnya batuan karbonat. Karbonat tua Permian
ini merupakan batugamping terumbu hasil pengangkatan struktur tektonik, berada
pada lingkungan laut dangkal, batukarbonat yang tumbuh, kemudian terkena sesar
sehingga menghasilkan kekar-kekar pada batuannya dan memiliki pola barat laut -
tenggara dengan struktur Sesar Sumatera.
Kumpulan Batuan Batuan Purba
Berdasarkan peta geologi
regional lembar Padang, skala 1:250.000 Kastowo, Gerhard W.Leo, S.Gafoer dan
T.C. Amin 1996, Kawasan Kamang masuk kedalam litologi endapan permukaan
alluvial, metamorf, batuan karbonat. Berikut penjelasan dari litologi
stratigrafi regional di Kawasan Kamang.
Batugamping
Perm (Pl): batugamping pejal, berongga, berwarna putih,
kelabu dan kemerahan. Mengandung sisipan tipis batusabak, phyllite, serpih
terkersikkan dan kuarsit. Pada umumnya membentuk topografi kasar berpunggung
tajam.
Batuan metamorf Perm (Ps): phyllite, slate, hornfels dan
mika greywacke. Phyllite berwarna kelabu kebiruan sampai biru tua. Slate
berwarna kelabu kebiruan sampai biru muda dan coklat. Greywacke mika dan tufa
terdapat sebagai sisipan dalam slate.
Batuan metamorf Karbon (Cs): biasanya mendasari bukit-bukit dan
punggungan-punggungan landai, berwarna kemerahan, sedikit sekisan, setempat
menunjukkan laminasi dan lineasi terpilin dari beberapa meter sampai beberapa
puluh meter. Batuan lanauan bergradasi ke batupasir meta lunak yang sebagian
besar terdiri dari butiran-butiran kuarsa dalam matriks lempungan.
Batuan karbonat Karbon (Cl): dengan ciri khas membentuk
punggungan-punggungan tajam (di timurlaut bukittinggi), berwarna putih sampai
keabu-abuan pada singkapan yang segar dan kelabu gelap pada yang lapuk. Besar
butir pada umumnya berkisar antara 0,5-5,0 mm, setempat mungkin lebih besar.
Umumnya pejal dan berongga, satu atau lebih kumpulan kekar-kekar mungkin
terdapat, tetapi adanya perlapisan yang pasti sangat jarang.
CULTURE DIVERSITY DAN
BIODIVERSITY YANG MENGEKSOTISKAN KAWASAN INI
Makam Tuanku
Nan Receh
Tuanku Nan
Renceh dimakamkan di tanah keluarganya, di jorong Bansa, Nagari Kamang Mudiak, kecamatan
Kamang Magek, Kabupaten Agam. Makam beliau terletak tepat di samping makam ibu
beliau, Jirahmah. Kondisi makam saat ini masih terawat dengan baik. Lokasi
makam dipagar dengan tembok semen setinggi 1,3 m, lebar 4 m, dan panjang 5,7 m.
Luas situs makam berukuran 225 m². Nisan Makam Tuanku Nan Renceh berupa nisan
berbentuk menhir, berukuran tinggi 1 m dan lebar 40 cm. Makam Tuanku Nan Renceh
cukup sering disinggahi peziarah yang ingin mendoakan beliau, pada momen-momen
tertentu juga ada kegiatan berdoa bersama oleh masyarakat setempat di area
makam.
Tugu Perang Kamang
Tugu perang
kamang menjadi sebuah daya tarik wisatawan yang akan haus akan ilmu sejarah
tugu ini simbol perang kamang untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan Perang
ini terjadi pada tahun 1908 ketika rakyat sumatera barat menentang penjajahan
belanda, penyebab keduanya terjadinya perang kamang ini karena belanda tidak
mau menempati janjinya ketika belanda tidak akan melakukan pungutan-pungutan
pajak terhadap rakyat sumatera barat. Ketika itu rakyat memberontak dan
melakukan perang kepada belanda, nah untuk megenang itu semua dibuat lah tugu
perang Kamang.
Sebagian
kecil kawasan merupakan hutan produksi dan kawasan
pertambangan pasir, gamping dan bahan galian industri.
Kawasan pertambangan
ini
memilliki
potensi
bahan tambang bahan galian non logam yaitu berupa batu
belah (andesit), dan
tanah urug. Dengan melihat adanya potensi bahan galian ini,
tidak menutup
kemungkinan adanya kegiatan eksplorasi baik yang dilakukan oleh pihak swasta secara resmi memiliki ijin
usaha pertambangan (IUP) maupun oleh masyarakat lokal yang tidak memiliki ijin (PETI). Penebangan hutan pada lahan produksi yang tidak terkendali akan menjadi acaman pada
degradasi hutan sehingga mengakibatkan longsor pada musim hujan.
Akan tetapi, peluang besar untuk menjadikan daerah ini menjadi kawasan konservasi
sangat besar.
Geopark menjadikan suatu lokasi nantinya sebagai daerah konservasi yang harus
dijaga kelestariannya, Sehingga secara otomatis kawasan geologi yang sangat langka ini
sudah
terlindungi oleh keberadaan Cagar Alam dan konservasi
yang telah berbadan hukum dan memiliki legalitas sebagai kawasan warisan lokal
maupun dunia. Usaha
pariwisata dengan minat khusus yang
dikembangkan
dikawasan
Maninjau – Ngarai Sianok dipastikan tidak akan mengganggu fungsi
lingkungan. Geowisata yang
dikembangkan di dalam kawasan ini dilandasi
oleh azas “Green-Tourism” yang berkelanjutan.
Dimana komponen abiotic,
biotic dan culture yang dikembangkan
menjadi objek dan daya tarik pariwisata senantiasa memikirkan aspek
kelestarian
lingkungan.
Durian Kamang
Setiap
tahunnya, ada satu musim nan sangat dinanti-nantikan oleh sekalian orang di
negeri kami, musim yang apabila datang tiada mengetahui melainkan sekelompok
orang saja. Bukan musim penghujan atau musim kemarau apalagi musim asap
melainkan Musim Durian. Buah Durian nan sangat dinanti-nantikan oleh orang Agam
dan Bukit Tinggi ialah buah durian yang dihasilkan dari parak (kebun) milik
penduduk yang berasal dari suatu nagari yang bernama Kamang. Letaknya sekitar
12 km arah timur Kota Bukit Tinggi. Kata orang nan telah menikmati, buah durian
yang berasal dari Kamang itu sangatlah nikmat tiada bandingannya. Sehingga
setiap tahunnya mereka kerap menyaringkan telinga dan menyalangkan mata
kalau-kalau durian di Kamang telah berjatuhan. Biasanya panen durian di Kamang
didahului oleh panen durian dari nagari lain seperti Kayu Tanam, Payakumbuh,
Kubang (Sawah Lunto), dan lain sebagainya. Lepas itu barulah terdengar durian
dari Kamang telah runtuh.
Karupuak
Kamang
Dikenal
sebagai daerah penghasil durian dengan cita rasa tak terbantahkan, kamang juga miliki
ikon lain selain durian yaitu kerupuk kamang. Telah lama dikenal dan dinikmati
banyak orang, kerupuk kamang masih tetap diproduksi oleh masyarakat kamang.
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengembangan kerupuk kamang juga mengalami perubahan dan modifikasi mulai dari
pengemasan, rasa dan jumlah produksi.
Ahmad Fadhly
Founder Dangau Tuo Institute, IAGI
Ahmad Fadhly
Founder Dangau Tuo Institute, IAGI
Comments
Post a Comment
Terima Kasih