Skip to main content

Pentingnya Belajar Filsafat dan Berfilsafat Di Usia Dini



Secara Etimologi Filsafat berasal dari bahasa Yunani "Philos dan Sophein". Philos dapat berarti mencari, pencarian akan, cinta dan Sophein dapat berarti Kebijaksanaan, Kebenaran, Pengetahuan. Dalam bahasa Inggris disebut Philosophy, sedangkan dalam bahasa Arab disebut Falsafah.
Menurut KBBI Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dng akal budi mengenai hakikat segala yg ada, sebab, asal, dan hukumnya. Secara Simplistik Filsafat adalah Berpikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya hingga dapat mengambil akar tunggang dari sebuah pencarian akan kebenaran.
Dalam kehidupan dewasa ini, banyak Logika kontradiksi yang dimunculkan kepermukaan, bahkan terkadang menjadi paradoks dikehidupan kita. Yang pertama Ada yang melarang untuk belajar Filsafat karena ditakutkan akan tersesat, Yang kedua ada juga yang membenarkan kita untuk belajar Filsafat dikarenakan ia membawa kita tersesat dijalan yang benar. Benarkah demikian? Mari kita buka bungkus yang sedang menyelimuti realitas tersebut.
Thesis pertama yang mengatakan bahwa belajar Filsafat akan membuat kita tersesat, ini perlu ditanyakan kembali dasar pemikiran dan latar belakang pernyataan nya. Namun kita bisa mencoba untuk membuat sebuah Hipotesa dan silogisme dari jalan pikiran itu. Kita mengenal ada tokoh seperti F. W Nietzsche, Karl Marx, Charles Darwin,Nicolas Copernicus, Galileo galilei, Leibniz, David Hume dll yang masing-masing nya diianggap telah menyerang doktrin agama. Sehingga peristiwa historis seperti ini menjadi melekat sebagai sebuah stigma. Stigma yang terus digoreng sampai saat ini, itulah yang mempropagandakan pemikiran kita. terkhusus nya umat beragama.
Jika thesis diatas kita terima sebagai sebuah kesimpulan, tentunya kita mesti bertanya kembali. sebahaya itukah belajar Filsafat sampai-sampai dapat menjadi sebuah diversitas Kepercayaan serta deklinasi keimanan?. Jika hal ini benar, secara sadar maupun tidak sadar kita telah menunjukkan berapa rapuhnya iman kita sebagai makhluk percaya. Apakah kamu tidak berfikir?.
Selanjutnya Thesis kedua mengatakan bahwa belajar Filsafat membawa kita tersesat kejalan yang benar. benarkah demikian? Mari kita uji Thesis ini. Selaras dengan defenisi nya, Filsafat merupakan upaya menemukan kemungkinan-kemungkinan dalam mencari sebuah kebenaran. Karena memang secara esensial manusia adalah makhluk yang condong kepada kebenaran. seberapa keras pun ia berlari, pasti nya kebenaran adalah hal yang tak dapat dielakkan. Dalam upaya mencari kebenaran itu manusia dituntut untuk menggunakan segala instrumen maupun potensi yang terdapat dalam dirinya. Seperti pikiran, inderawi, nurani dll.
Lebih jauh lagi, ada yang mengatakan " Untuk apa mencari kebenaran,? Sedangkan kita sudah punya kebenaran itu sendiri yaitu nya Alquran dan Hadist dalam islam". Banyak kalangan terpengaruh oleh pernyataan ini dengan statement bahwa bagi orang Islam kebenaran itu telah diberikan, tinggal kita saja yang perlu menjalankan. Memang benar, Tapi dalam menjalankan itu apakah kita tidak berpikir dulu untuk meramu apa yg terdapat dalam skriptualisme menjadi sebuah tindakan? Bukankah didalamnya juga terdapat operasi pikiran?. Bukan kah dalam operasi pikiran itu terdapat upaya untuk mencari, menggali sebuah kebenaran hingga menjadi sebuah kesimpulan? Kesimpulan itu yang membuat Anda percaya bukan?.
Maka dari itu kita mesti melihat persoalan ini secara komprehensif agar tidak terjerumus pada lubang yang salah serta sedapat mungkin kita hindarkan diri dari sebuah sesat pikir (Logical Fallacy). Karena itu Filsafat dapat dijadikan sebagai sebuah alat untuk menyerang agama, dan Filsafat juga dapat dijadikan sebagai sebuah alat untuk memperkuat serta mempertahankan doktrin agama. Lihat betapa besarnya kontribusi Filsafat dalam menghasilkan Ilmu pengetahuan serta zaman yang berkemajuan ini? Lihat pula betapa banyak ulama kita dan Filsuf islam dulu yang banyak memberikan kontribusi nya terhadap Filsafat dan Ilmu pengetahuan.
Jadi pada intinya, Filsafat adalah Lahan kosong yang diperebutkan oleh agama dan ilmu pengetahuan. Untuk mengisi dan merebut lahan itu mari belajar Filsafat.!!
(Bertnard Rusell)


Febri Trifanda
Dangau Tuo Institute

Comments

Popular posts from this blog

Culture-Heritage Ranah Minang : Mengenal Filosofi dan Esensi Rangkiang di Rumah Gadang

Apabila berbicara tentang kehidupan masyarakat Minangkabau, kita menemukan beragam kearifan yang terkadang menunjukkan betapa tajamnya filosofi kebudayaan Minangkabau dalam menyelesaikan persoalan kehidupan. Di antara bentuk kebudayaan tersebut adalah pendirian Rangkiang di bagian depan Rumah Gadang. Rangking merupaka padi yang sengaja didirikan untuk menyimpan hasil panen pada satu musim dan biasanya difungsikan untuk berjaga-jaga. Dahulunya,sebagian besar masyarakat Minangkabau memang menerapkan sistim tanam yang menyesuaikan dengan musim, apalagi mayoritas lahan di Minangkabau adalah tadah hujan. Rangkiang berperan penting dalam menjaga persediaan selama musim kemarau atau setelah musim panen, serta juga bisa dijual sekiranya ada kebutuhan mendesak yang tidak dapat diduga-duga. Namun, semenjak perkembangan teknologi pertanian dan pesatnya pembanguan infrastruktur pertanian seperti irigasi, Rangkiang sudah tidak lagi difungsikan secara optimal. Masyarakat yang bisa be

Partai, Keadilan, dan Kesejahteraan : Pertikaian antara teori, ideologi, dan Omong Kosong.

Sesungguhnya, persoalan kesejahteraan haruslah lepas dari intervensi kebijakan apapun. Baik itu dari sisi fiskal, moneter, ataupun perdagangan. Karena dengan cara itulah sistim menghargai eksistensi manusia, dan manusia dengan begitu mampu menghargai hakikat dirinya sebagai makhluk yang mempertaruhkan hidup bersama pertimbangan nilai demi mewujudkan kepentingan bersama. Yakni, Kesejahteraan! Lebih lanjut mengenai kesejahteraan, manusia tunduk pada definisinya akan kesejahteraan yang diinginkan. Sehingga kebebasan adalah alat utama dalam meraih semua itu. Sekiranya kebebasan dimusnahkan dan eksistensi individu dihantam, maka jangan sesekali berharap manusia akan mencapai kesejahteraan tersebut. Namun, hakikatnya kesejahteraan tidaklah berdiri sendiri. Ia harus ditopang dengan perwujudan keseimbangan yang menyeluruh. Apabila upaya mencapai kesejahteraan mulai menyulut pertikaian, maka tentu perlu adanya permodelan yang ter-moderasi dengan baik. Intervensi kebijaksanaan penting unt

Mengenai SDGs : Kekuatan Kearifan Lokal Dalam Penguatan Pembangunan

Pembangunan sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan pembaharuan yang terencana dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif cepat. Tidak dapat dipungkiri pembangunan telah membawa kita pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan ekonomi, peningkatan kecanggihan sarana komunikasi, dan sebagainya. Akan tetapi, pada sisi yang lain, pembangunan yang hanya dipandu oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan keamanan, yang dalam kenyataannya telah meningkatkan kesejahteraan sebagian dari keseluruhan kehidupan masyarakat, telah pula menciptakan jarak yang lebar antara kecanggihan dan keterbelakangan. Sisi lain dari kemajuan tekhnologi, berimbas pada kebudayaan lokal yang semakin lama semakin memudar, sebab budaya dan tradisi lokal kalah eksistensi dengan sajian-sajian yang dibungkus dengan kemajuan tekhnologi. Hal ini akan berdampak besar terhadap pembangunan berkelanjutan di tingkat daerah. Kebudayaan dan kearifan lokal sangat erat hubungannya dengan masyaraka