Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2020

Lebih Dekat Dengan Filsafat : Edmund Russel dan Fenomenologi Transendental (Bag 2)

Fenomenologi merupakan gerakan filsafat yang dipelopori oleh Edmund Husserl (1859-1938). Fenomenologi yang diperkenalkan oleh Husserl merupakan ilmu tentang penampakan (fenomena). Artinya, semua yang menjadi pembahasan tentang esensi/hakikat di balik penampakan. Istilah fenomenologi secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani, yaitu phainomenon ( phainomai, menampakkan diri) dan logos (akal budi). Sedangkan fenomenologi secara terminologi merupakan ilmu tentang penampakan berarti ilmu tentang apa yang menampakkan diri ke pengalaman subjek. Fenomenologi berusaha membuat filsafat sebagai ilmu yang rigorous. Rigorous artinya bebas dari presuposisi yang mendahului pengalaman konkret. Adapun yang menjadi faktor pendukung filsafat dijadikan sebagai ilmu rigorous karena menurut Husserl ilmu pengetahuan mengalami kiris, yaitu hilangnya landasan teoretis yang kokoh untuk berpijaknya teori-teori ilmiah (krisis internal ilmu), dan kaarena ketidak mampuan ilmu dalam menangani akibat-ak

Lebih Dekat Dengan Filsafat : Edmund Russel (Bag 1)

Edmund Husserl lahir di Prostejov Prossnitz, Moravua-wilayah kekaisaran Austria-Hongaria 8 April 1859. Ia adalah anak   kedua dari empat bersaudara. Ayahnya bernama Adolf Abraham dan ibunya Julie Husserl nee Selinger yang merupakan keluarga kelas menengah dan Bergama Yahudi yang tidak terlalu tertarik dengan persoalan keagamaan. Mengenai pendidikan formalnya ia bersekolah di daerahnya, kemudian pada umur   9 tahun ia belajar di Realgymnasim di Veinna. Pada tahun 1869, ia dipindahkan ke Staatsgymnasim di Olmutz. Berdasarkan informasi dari istrinya Malvine, bahwa Husserl sewaktu masa sekolah bukanlah orang yang terlalu tertarik dengan pelajaran, dan sering tidur dalam kelas sehingga nilainya jelek. Akan tetapi Husserl sangat berbakat dalam bidang matematika. Pada tahun 1876, Husser menjadi mahasiswa di Universitas Leipzing dengan mengambil bidang astronomi selama tiga semester. Pada masa itu ia bersahabat dengan Thomas Masaryk, mahasiswa filsafat pengagum Franz Brentano yang kem

Review Buku : Madilog Sebagai Dasar Penguat Kemampuan Literasi

Bergerak di dunia pemikiran memang tidaklah mudah. Ada banyak yang perlu difahami serta diresapi dari setiap perkara kita temui. Mulai dari hal-hal yang berkaitan dengan fenomena di tengah masyarakat, seperti realita Sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Hingga kepada hal-hal yang berbau mistis yang sudah menjadi prinsip dan bahkan keyakinan yang dipegang erat secata turun-temurun. Meskipun demikian, bergelut di dunia pemikiran merupakan hal yang cukup menyenangkan serta menjadi menjadi perkara yang dijalani dalam keseharian. Tidak bisa tidak, ketika berjumpa dan bercengkrama dengan masyarakat, ada banyak hal-hal baru yang senantiasa perlu dirumuskan makna dan  hakikatnya agar bisa difahami serta diaplikasikan di dalam kehidupan. Di samping itu, pada hal-hal terkait ekonomi, politik, dan ekonomi politik pun sudah secara langsung menyentuh dunia pemikiran, seperti mengapa sebuah negara harus berutang, tentang bagaimana masyarakat yang berusaha secara mikro lebih tahan terh

Pentingnya Belajar Filsafat dan Berfilsafat Di Usia Dini

Secara Etimologi Filsafat berasal dari bahasa Yunani "Philos dan Sophein". Philos dapat berarti mencari, pencarian akan, cinta dan Sophein dapat berarti Kebijaksanaan, Kebenaran, Pengetahuan. Dalam bahasa Inggris disebut Philosophy, sedangkan dalam bahasa Arab disebut Falsafah. Menurut KBBI Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dng akal budi mengenai hakikat segala yg ada, sebab, asal, dan hukumnya. Secara Simplistik Filsafat adalah Berpikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya hingga dapat mengambil akar tunggang dari sebuah pencarian akan kebenaran. Dalam kehidupan dewasa ini, banyak Logika kontradiksi yang dimunculkan kepermukaan, bahkan terkadang menjadi paradoks dikehidupan kita. Yang pertama Ada yang melarang untuk belajar Filsafat karena ditakutkan akan tersesat, Yang kedua ada juga yang membenarkan kita untuk belajar Filsafat dikarenakan ia membawa kita tersesat dijalan yang benar. Benarkah demikian? Mari kita buka bungkus yang sedang menyelimut