Persaingan di industri digital saat
ini semakin meruncing dengan berbagai maneuver yang dilakukan oleh para unicorn
dan decacorn, di antaranya adalah persaingan antara Gojek dan Grab. Pada April
2019, Grab Inc mengumumkan rencana ekspansi di kawasan Asia Tenggara dengan
menargetkan investasi lebih dari Rp90 Triliun. Hal ini sungguh mengejutkan,
karena perusahaan besar asal Malaysia ini benar-benar berani mengambi risiko di
tengah fluktuasi ekonomi global saat ini.
Berkenaan dengan hal ini, Tim Culpan,
salah satu pengamat IT dari Bloomberg menyatakan bahwa rencana Grab ini
merupakan sebuah pesan yang dialamat secara jelas kepada Gojek. Grab membuat
tantangan secara terbuka dengan melakukan pendanaan secara besar-besaran.
Tantangan ini tidak sekadar tantangan ajakan untuk berkompetesi, namun ini
lebih kepada semacam peringatan kepada Gojek untuk lebih berhati-hati.
source : Nikkei Asian Review
Sebagaimana yang kita ketahui,
persaingan di pasar global saat ini sudah tidak lagi berbicara tentang
persaingan sehat, apalagi pada perusahan decacorn
seperti Grab dan Gojek ini. Persaingan sudah mengarah pada pertarungan hidup
dan mati. Siapa yang akan disingkirkan dan siapa yang akan memenangkan pasar secara
keseluruhan dan memonopoli perdagangan.
Kita sudah menyaksikan,
praktik-praktik bisnis “jahat” sudah tampak begitu vulgar, seperti aksi saling
serang dengan melakukan praktik predatory
pricing, yakni memberlakukan harga/tariff semurah-murahnya kepada konsumen
supaya competitor mati langkah dan tidak bisa bertahan di dalam persaingan.
Grab sejatinya dengan jelas melakukan hal tersebut, tidak peduli mengalami
kerugian, yang penting lawan terluka parah dan sekarat, kemudian direbut
wilayah kekuasaannya tanpa dimatikan terlebih dahulu.
Sungguh pertarungan dua perusahaan
ini mulai terlihat mengerikan, dengan investasi belasan triliunan, saat ini
transportasi online di Indonesia hanya tinggal dua saja, meskipun ada pemain
kecil lain seperti Transjek, Ajojek, Klik-Go, Pink Jek, dan jek jek lainnya,
itu hanyalah pemain kecil yang di mata dua raksasa ini tak ubahnya seperti
butiran debu yang hanya menunggu angina kencang saja sebelum diterbangkan ke
neraka.
Selain itu, kehadiran investor besar
dari negara maju lainnya memang menjadikan perusahaan ini semakin mengganas,
seperti kehadiran perusahaan pembiayaan dari Jepang yang bernama Softbank yang
sudah nyata memiliki ambisi untuk menguasai pasar Indonesia. Softbank yang juga
investor Tokopedia ini, ingin menguasai bisnis transportrasi online di
Indonesia dan harus menghadapi musuh besar yang bernama Gojek. Beberapa waktu
yang lalu, Masayoshi Son, CEO Softbank sudah berjanji akan memasukkan uang sebesar 28 Trilliun untuk
Grab.
Selain itu, Masayoshi juga akan
meningkatkan investasinya hingga 140 Trilliun rupiah di Indonesia, salah satu
ambisinya adalah mobil listrik, mulai dari battery lithium sampai pengadaan
mobilnya. Untuk apa mobil tersebut? Ya, tentu saja untuk Grab. Dengan menguasai
industri dari hulu ke hilir, maka Grab akan lebih mudah menawarkan moda
transportasi online dengan harga yang murah dan tentu saja itu akan menjadi
serangan mematikan bagi Gojek!
Mungkin akan muncul pertanyaan “
Bukankah Konsumen akan senang dan dimanjakan dengan harga yang murah?”. Ya,
kesenangan sesaat! Ketika sudah monopoli, perusahaan tersebut tingga menaikkan tariff
seenaknya hingga mengguncang dunia +62. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi
kecuali caci-maki di media sosial, namun tetap pasrah dengan keadaan karena itu
satu-satunya transportasi online yang tersedia.
Namun, Persoalan ini tentu tidak
berhenti di Grab saja. Agaknya, semangat nasionalisme dari perusahaan anak
bangsa, Gojek ini masih membara dan bisa dikatakan semakin perkasa. Saat ini,
Gojek tercatat sudah melakukan ekspansi ke Vietnam, Singapore, dan Philipina.
Hal ini juga terdapat kemungkinan bahwa Gojek tidak akan tinggal diam dengan
rupa serangan yang dialamatkan kepadanya. Gojek akan terus menempuh cara jitu
demi membendung serangan demi serangan.
“Ah, Itu bisa tidak bisa dipercaya! Buktinya saat ini pengguna Gojek di Bukittinggi menurun karena kenaikan tariff yang begitu signifikan,”
Ketahuilah bahwa, Guncangan di kota
Bukittinggi tidak memberikan dampak yang signifikan bagi Gojek. Lagipula, tariff
yang berlaku di Bukittinggi saat ini sejatinya adalah tariff yang sudag
diterapkan di Pulau Jawa, bisa dikatakan ini tariff nasional. Jadi, meskipun
dalam jangka pendek terjadi guncangan, namun dalam jangka panjang kondisinya
akan menyesuaikan dan kembali seperti semula. Ini teori keseimbangan pasar
klasik saja, dan benar sudah menunjukkan terjadinya penyesuaian. Nah,
Pertanyaan sekarang adalah tuan-tuan
ingin mempertahankan Gojek sebagai decacorn milik anak bangsa, atau membiarkan
Grab menguasai negeri ini dengan sepenuhnya?
Mohammad Aliman Shahmi
Dangau Tuo Institute
Comments
Post a Comment
Terima Kasih