Negara berkembang seperti Indonesia
masih membutuhkan penguatan karakter dalam upaya mencapai kemajuan serta
memperkuatnya bersama proses yang berkelanjutan. Harmonisasi dari pergerakan
masyarakat hingga upaya di dalam merealisasikan ide di tengah pergolakan
lingkungan yang dinamis, menjadikan pentingnya pergerakan yang kuat, baik dari
sisi idealismenya atau pun secara intelektual.
Di tengah bergulirnya revolusi industri
dan digitalisasi yang merambat pada seluruh kehidupan masyarakat yang dikenal
dengan “ industry revolution 4.0” serta hadirnya pergerakan penguatan dan
keberlanjutan kehidupan masyarakat yang dikenal juga dengan society 5.0 sepertinya mengharuskan
sebuah pergerakan membangun formulasi baru guna menyeleraskan bagaimana
pergerakan yang mampu memperkuat asa masyarakat dengan “rasa” pergerakan yang
sungguh manis. Lantas, bagaimanakah caranya?
Penulis ingin menawarkan sebuah
hipotesis yang mungkin saja akan menjadi perhatian atau sebagai bahan renungan
di dalam merangkai arah pergerakan yang mampu berkontribusi dalam pembangunan
yang inklusif, yakni “ Pergerakan dengan semangat intelektual yang tinggi dan
tradisi ilmiah yang kuat mampu menciptakan pembangunan yang inklusif dan
memajukan masyarakat dengan kuatnya literasi.”
Hipotesis ini berangkat dari sebuah
keinginan untuk mengembalikan pergerakan yang diperkuat dengan sisi-sisi ilmiah
yang memperkuat nilai yang ada dan tidak bertopang pada aspek pergerakan
politik semata, baik itu politik yang idealis atau pun yang pragmatis.
Berangkat dari asumsi bahwa literasi yang kuat, akan mampu mempercepat kemajuan
dan kesejahteraan serta masyarakat akan dengan mudah berbaur dengan sebuah
pergerakan karena sudah tidak merasakan lagi adanya unsur-unsur ke-eksklusifan
di dalam sebuah pergerakan.
Penguatan daya intelektual dan
tradisi ilmiah ini bukan saja berbicara mengenai sejauh mana sebuah pergerakan
memperkuat pergerakan dengan pemikiran-pemikiran para ahli terdahulu yang telah
menanamkan “hukum-hukum” atau “teori-teori” yang menjadi ruh di dalam sebuah
pergerakan. Namun, ini berbicara lebih jauh mengenai bagaimana penguatan atas
output riil di dalam sebuah pergerakan.
Berdasarkan pada prinsip ekonomi,
kita mengetahui bahwa sebuah aktivitas harus menekankan efisiensi dan
efektivita yang tinggi di dalam upaya mencapai keseimbangan nyata yang menjadi
pilar dari kesejahteraan. Ketika sebuah pergerakan mampu memperkuat asas
efisiensi dengan memangkas hal-hal teknis yang memakan banyak waktu dan tenaga,
kemudian memperkuat efektivitas pergerakan dengan memfokuskan diri pada arah
pergerakan yang mampu mempekuat dampak nyata yang bermanfaat bagi masyarakat,
maka pada saat itulah sebuah pergerakan mampu menjadi agent pembangunan yang
memperkuat pertumbuhan yang inklusif. Dengan demikian sebuah pergerakan
memilliki pilar ekonomi yang kuat, sehingga dengan memiliki hal tersebut,
sebuah pergerakan tidak lagi pusing dengan memperkuat pilar finansial, tidak
ada yang mencari hidup dari sebuah pergerakan (pragmatism), karena pada
dasarnya prinsip pergerakan yang super-modern
ini benar mampu menghidupi pergerakan tersebut, yang kemudian juga mampu
menghidupi masyarakat di sekitarnya, apalagi individu yang ada di dalam pergerakan tersebut.
Penguatan Intelektual
dan Tradisi Ilmiah di Dalam Pergerakan
“Apakah pergerakan yang ada saat ini sudah memiliki daya riset yang
kuat?
“Apakah riset yang sudah dibangun sudah teruji dan terpublikasi serta
dinikmati hasilnya oleh masyarakat luas?”
“Serta Sejauh manakah kekuatan
intelektual kaum pergerakan saat ini?”
Tentu saja pertanyaan-pertanyaan ini
perlu dijawab sebagai sebuah masalah yang sudah seharusnya terumuskan dari saat
ini. Bagaimana tidak, kaum pergerakan saat ini yang didominasi oleh kaum
terpelajar, cendekiawan, dan pemikir-pemikir muda. Sehingga, pertanyaan ini
harus betul-betul direnungkan dan ditakar sejauh manakah kaum pergerakan mampu
memperkuat daya intelektualnya dan menjaga tradisi ilmiahnya? Baik dari sisi
penguatan dalam hal bacaan, budaya menulis, penelitian dan pengembangan.
Sejauh ini, harus diakui bahwa
proses-proses ilmiah yang dilakukan masih sebatas bagaimana memperkuat posisi
secara politik atau mencari moment guna menapaki pencapaian yang dikehendaki.
Alhasil, jika ditanya tentang sisi keberlanjutan dan penerapannya, banyak
berkilah bahwa itu adalah tugasnya pada lembaga yang memang memiliki peran
dalam membangun masyarakat, seperti perguruan tinggi , Litbang pemerintah dan
swasta. Sehingga, sisi kritis yang memang lebih banyak dimiliki oleh kaum
pergerakan, tidak teraplikasi secara nyata dan mampu menyelesaikan permasalahan
masyarakat. Akibatnya, kaum pergerakan hanya mampu mengidentifikasi dan
mengeksplorasi masalah yang harus diselesaikan oleh pihak-pihak terkait, namun
tidak berupaya menyelesaikannya (meskipun terus berupaya untuk tampak seolah
tengah menyelesaikannya).
Dengan demikian, sungguh perlu lah
rasanya untuk mengelaborasi hipotesis yang penulis tawarkan di awal tadi serta
bagaimana memperkuat sisi kebenarannya dan menerapkannya untuk menciptakan
pergerakan yang betul mampu berkontribusi secara signifikan dalam pertumbuhan
dan kesejahteraan yang inklusif. Selain itu, mampu menjadi yang terdepan di
dalam penguatan pembangunan berkelanjutan dengan menyasar sisi kehidupan
masyarakat atau menjalani prinsip Society
5.0.
Comments
Post a Comment
Terima Kasih