Ibadah
di dalam Islam selalu menarik untuk diperbincangkan. Hal menarik tersebut dapat
dilihat melalui karakteristik yang melekat dalam ibadahnya. Salah satu
karakteristik yang melekat pada ibadah di dalam Islam adalah sisi sosial ekonomi. Baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga,
manfaat ibadah bukan hanya dirasakan dalam konteks hubungan vertikal seorang
hamba dengan Allah Swt, namun berimplikasi secara horizontal terhadap sesama
manusia. Beberapa dari ibadah tersebut bahkan memberi dampak langsung (direct
effect). Sebagai contoh adalah zakat dan haji.
Dimana
pelaksanaan kedua ibadah di atas secara langsung menstimulus perekonomian
masyarakat. Pemberian akses permodalan berbasis zakat produktif kepada kaum
dhuafa hingga industri transportasi, jasa dan layanan catering kepada jamaah
haji.
source : merdeka.com
Selain
ibadah di atas, adalagi ibadah lain yang juga sangat istimewa yakni ibadah
qurban yang dilaksanakan pada hari istimewa yaitu idul adha. Qurban merupakan
ibadah yang sangat disukai oleh Allah Swt. Karena qurban adalah bentuk ketaatan
dan ketundukan seorang hamba terhadap Tuhannya yang merupakan manifestasi dari
sebuah keyakinan atas ke-Esa-an Allah.
Qurbanomics
merupakan istilah yang cocok dilekatkan pada ibadah qurban yang memiliki
dimensi ‘ibadah-spiritual’ dan ‘sosial-ekonomi.’ Qurbanomics adalah rangkaian
dua kata ‘qurban’ dan ‘economics’ yang secara sederhana diartikan ekonomi
qurban.
Qurban
pada dasarnya memberikan dampak pada kesejahteraan lingkungan sosial. Hal ini
dapat dilihat dari berbagai sisi. Sunarji Harahap dalam tulisannya yang bertajuk
Qurban dalam Pemerataan Ekonomi mengungkapkan bahwa dampak qurban terhadap
kesejahteraan dapat dilihat dari 4 sisi. Kemudian dalam tulisan ini, penulis
menambahkan satu sisi. Jadi, berikut beberapa dampak qurban terhadap lingkungan
sosial, yaitu:
Pertama,
dari sisi demand dan supply. Pada sisi
permintaan, ibadah qurban menjamin adanya permintaan terhadap hewan qurban.
Bahkan permintaan terhadap hewan qurban cenderung meningkat beberapa tahun
belakangan. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, permintaan hewan
qurban pada tahun 2016 sebesar 1.019.777, 2017 sebesar 1.432.940 dan 2018
sebesar 1.504.588. kemungkinan besar permintaan hewan qurban pada tahun 2019
mengalami peningkatan.
Kondisi
permintaan seperti diatas tentu memberikan isyarat untuk melakukan penataan
dari sisi supply. Pemerintah dan pihak terkait tentu harus bisa mengoptimalkan
peluang ini. Bagaimana caranya pemerintah dengan seperangkat kebijakan yang
dimiliki mampu menstimulus sisi supply tsb sehingga mampu menggerakkan
perekonomian masyarakat dalam hal ini industri perternakan rakyat, yang masuk
kategori UMKM.
Kedua,
dari sisi ketahanan ekonomi. Ibadah qurban bisa menjadi instrumen dalam menjaga
keseimbangan ekonomi domestik dari guncangan dan tekanan krisis global. Belajar
dari krisis ekonomi pada 1998, ketika perusahaan-perusaaan besar yang
mengandalkan sumber daya impor kolaps, perusahaan kecil yang notabenenya tidak
membutuhkan bahan mentah atau bahan baku impor dan permodalan mandiri tetap
bertahan. Usaha memelihara ternak kurban adalah salah satu usaha rakyat yang
berkemungkinan kecil terkena dampak krisis ekonomi. Hal ini bukan tanpa alasan,
faktor pangsa pasar yang jelas serta usaha yang tidak membutuhkan bahan baku
impor adalah penyebabnya.
Agar
ibadah qurban ini efektif dalam menjaga keseimbangan ekonomi domestik, tentu
demand atas hewan qurban ini disupply oleh hasil produk dalam negeri. Karena
bagaimanapun permintaan domestik yang tinggi, akan menopang pertumbuhan ekonomi
dalam negeri.
Agaknya
semua pihak terkait harus bersinergi untuk merealisasikan potensi diatas
melalui pembangunan dan pengembangan sentra industri peternakan rakyat.
Pengusaha ternak lokal belajar untuk terus menggenjot kualitas dan kuantitas
hewan qurban untuk memenuhi permintaan domestik, perbankan dalam hal ini
perbankan syariah memberikan akses modal yang dibutuhkan, dan pemerintah
memberikan support melalui kebijakan menutup kran impor hewan kurban. Sehingga
usaha peternakan rakyat dapat berjalan dengan baik, imbasnya adalah
kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat.
Ketiga,
qurban dapat membantu memperkuat ketahanan pangan nasional, dimana kelompok
masyarakat kelas bawah mendapatkan akses untuk mengnsumsi daging. Kendati
sifatnya temporer, namun paling tidak
berdampak pada meningkatnya angka konsumsi daging per kapita masyarakat
Indonesia.
Menurut
penelitian dari IPB pada tahun 2017, tingkat konsumsi daging nasional yakni 11,
6 kg per kapita per tahun. Secara peringkat diakui masih jauh dari negara
tetagga seperti Malaysia (52,3 kg), Filipina (33 kg) dan Thailand). Salah satu
faktor yang menyebabkan rendahnya konsumsi daging adalah kemampuan untuk
membeli daging dari kalangan kelas bawah. Setidaknya melalui qurban, kesempatan
untuk mengonsumsi daging dapat terwujud.
Keempat,
qurban dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Spirit berqurban akan
melahirkan sosok pribadi yang produktif. Jika tidak produktif, maka seseorang
tidak akan mungkin memiliki kemampuan berqurban. Produktivitas individu dan
masyarakat adalah modal sosial yang penting dalam mewujudkan kesejahteraan.
Kelima,
dari sisi pelaku ekonomi, qurban memiliki efek bola salju (snow ball effect).
Hal ini dapat dilihat melalui transaksi jual-beli qurban. Ternyata transaksi
jual-beli hewan qurban tidak sesederhana yang dilihat. Transaksi ini pada
hakikatnya melibatkan banyak pihak.
Sebagai
contoh, pada saat seseorang membeli hewan qurban, transaksi yang terjadi
sebenarnya bukan hanya antara orang tersebut dengan pedagang hewan qurban saja,
tapi melibatkan peternak hewan ternak dari kampung-kampung. Selain itu, tukang
jagal, petani penyedia pakan ternak, pengantar daging qurban, sampai dengan
sektor transportasi akan memperoleh berkahnya ibadah qurban.
The
last but not a least, dalam satu
waktu Rasulullah SAW pernah ditanya oleh para sahabatnya, “wahai Rasulullah SAW
apakah qurban itu?” Lantas Rasulullah menjawab, “qurban adalah sunnahnya bapak
kalian, Nabi Ibrahim”. Lalu para sahabat kembali bertanya, “apa keutamaan yang
akan kami peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah kembali menjawab, “setiap satu
helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka para sahabat kembali bertanya,
“kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab, “setiap satu helai bulunya juga satu
kebaikan.” Jika ibadah qurban mendatangkan kebaikan dari setiap satu helai bulu
hewan yang diqurbankan, maka saya ingin menyimpulkan bahwa kelima sisi diatas
adalah sedikit dari kebaikan ibadah qurban sebagaimana yang diungkap oleh
Raulullah. Tabik!
Hardiansyah Fadli
Dangau Tuo Institute
Comments
Post a Comment
Terima Kasih